Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Resesi Sejumlah Negara Mulai Sengat Korporasi di Indonesia

Survei Bank Indonesia menunjukan kebutuhan kredit korporasi akan mengalami kontraksi karena melemahnya permintaan dari negara mitra dagang.
Aktivitas penambangan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019). /Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Aktivitas penambangan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019). /Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Permintaan kredit korporasi akan melambat pada 3 bulan ke depan atau Januari 2022. Hal ini terlihat dari hasil survei Bank Indonesia (BI) mengenai permintaan dan penawaran pembiayaan perbankan terbaru.

Survei BI melaporkan Kredit korporasi masih terindikasi tumbuh positif meski mengalami perlambatan. Saldo bersih tertimbang (SBT) korporasi pada Januari 2022 sebesar 26,7 persen, melambat dibandingkan survei untuk bulan sebelumnya, yakni 28,3 persen. 

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, menjelaskan hal senada. Sinyal resesi dinilai jadi faktor pemicu perlambatan ekspansi korporasi.

"Faktor perlambatan dari sisi permintaan kredit korporasi di samping resesi dan perlambatan adalah korporasi lebih menahan diri untuk ekspansi karena ada kecenderungan penurunan permintaan. Itulah yg membuat korporasi mulai banyak melakukan efisiensi termasuk pengurangan karyawan," kata Trioksa kepada Bisnis pada Senin (21/11/2022).

Perlambatan kebutuhan pembiayaan antara lain disampaikan oleh responden sektor pertambangan, industri pengolahan, dan konstruksi. Responden menyampaikan perlambatan kebutuhan pembiayaan sebagai dampak melemahnya permintaan mitra dagang (62,5 persen), diikuti pesimisme akan peningkatan permintaan masyarakat (25,0 persen).

BI mengukur permintaan pembiayaan dari perbankan dengan menggunakan metode saldo bersih tertimbang (SBT). SBT adalah selisih antara persentase jawaban meningkat dikurangi persentase jawaban menurun kebutuhan penawaran dan pembiayaan perbankan.

Kebutuhan pembiayaan pertambangan mengalami kontraksi dari 1,0 persen menjadi nihil. Pada periode yang sama industri pengolahan mengalami kontraksi 100 basis poin (bps) dari 5,8 persen menjadi 4,8 persen. Kemudian, konstruksi turun 20 bps menjadi 3,7 persen. 

Responden menyampaikan pemenuhan kebutuhan dana pada 3 bulan mendatang masih dipenuhi dari dana sendiri (71,1 persen) yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya (68,9 persen) diikuti oleh sumber pembiayaan melalui penambahan kredit baru ke perbankan dalam negeri (14,5 persen) dan pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik (13,8 persen) yang terindikasi melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat masing-masing sebesar 21,6 persen dan 14,4 persen.

Selanjutnya, pembiayaan yang bersumber dari pinjaman/utang dari perusahaan induk (11,3 persen) dan hasil penjualan aset non- produktif (6,9 persen) juga tercatat melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 12,0 persen dan 9,6 persen.

Selaras dengan survei kebutuhan pembiayaan pada tiga bulan mendatang, SBT pada Oktober 2022 juga melambat. BI melaporkan SBT pembiayan korporasi sebesar 14,4 persen pada bulan tersebut, turun dari 18,4 persen pada September 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Alifian Asmaaysi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper