Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan Devisa Terkuras Rp130 Triliun, Bos BI Akui Mati-matian Jaga Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa bank sentral telah mati-matian menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah gejolak global yang sangat tinggi.
Mata uang dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Minggu (9/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Mata uang dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Minggu (9/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa bank sentral telah mati-matian menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah gejolak global yang sangat tinggi.

Dia menyampaikan, cadangan devisa bahkan mencatatkan penurunan yang signifikan, dari US$139,1 miliar pada kuartal I/2022 menjadi US$130,8 miliar pada kuartal III/2022. Sekitar US$8,3 miliar atau Rp130,3 triliun (kurs Rp15.700 per dolar AS).

“Kami tahun ini memang mati-matian menstabilkan nilai tukar rupiah. Kami intervensi dalam jumlah yang besar, itulah kenapa cadangan devisa turun dari US$139,9 miliar menjadi sekitar US$130,1 miliar,” katanya dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin (21/11/2022).

Perry mengatakan, BI juga melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan rupiah, salah satunya dengan menjaga pasokan dolar AS di dalam negeri melalui kebijakan devisa hasil ekspor.

“Kami akan jaga [cadangan devisa] tidak turun lagi, kami akan terus memutar otak bagaimana supaya para eksportir bisa stay longer di dalam negeri,” katanya.

Hingga 16 November 2022, Perry mengatakan bahwa nilai tukar rupiah telah mencatatkan depresiasi sebesar 8,6 persen. 

Namun, jika dibandingkan dengan negara lainnya dan tingkat penguatan dolar, tingkat depresiasi rupiah menurutnya masih relatif lebih baik.

Langkah stabilisasi nilai tukar rupiah juga akan terus diupayakan BI untuk menjaga imported inflation tidak terlalu tinggi di dalam negeri.

“Kami terus lakukan langkah matian untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah supaya imported inflation tidak terlalu tinggi, stabilitas moneter dan keuangan terjaga, serta kondisi korporasi juga baik,” tutur Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper