Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Geliat Asuransi Kendaraan Listrik Usai Pemerintah Guyur Subsidi Rp80 Juta

Simak analisis soal asuransi kendaraan listrik setelah pemerintah menegaskan siap untuk mengguyur subsidi Rp80 juta
Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. /Bisnis-M. Faisal Nur Ikhsan
Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. /Bisnis-M. Faisal Nur Ikhsan

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memproyeksikan lini bisnis asuransi kendaraan listrik (electric vehicle) akan menggeliat pada 2023, meski di masa bayang-bayang resesi global. Apalagi, pemerintah berencana untuk menggelontorkan subsidi pembelian kendaraan listrik. 

Lini bisnis asuransi kendaraan listrik menjadi peluang baru bagi pemain industri asuransi umum di tengah pemerintah yang semakin serius mendukung sustainable finance atau green ecosystem dengan memberikan subsidi atau insentif sebesar Rp80 juta untuk pembelian mobil listrik dan senilai Rp8 juta untuk pembelian motor listrik.

Selain itu, belum lama ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah mengguyur sejumlah insentif program kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB) yang diterima oleh para pemain leasing, salah satunya berupa uang muka (down payment/DP) sebesar 0 persen untuk pembelian KBLBB.

Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan peranan industri jasa keuangan dalam mendukung program KBLBB, baik untuk pembelian maupun pengembangan industri hulu KBLBB.

Sementara itu, data Gabungan Indonesia Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan volume penjualan wholesale mobil listrik jenis battery electric vehicle (BEV) di pasar domestik telah mencapai 5.955 unit sepanjang Januari – Oktober 2022. 

Di mana, Wuling Air EV Long Range menjadi merek mobil listrik yang paling diburu, dengan penjualan wholesale sebanyak 3.307 unit sampai dengan Oktober 2022.

Jika merujuk pada data AAUI, premi dicatat untuk bisnis asuransi kendaraan bermotor terus mengalami pertumbuhan sampai dengan kuartal III/2022. Hal ini tercermin dari premi dicatat asuransi kendaraan motor yang naik 19,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III/2022.

Posisi itu meningkat dari perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp10,92 triliun menjadi Rp13,04 triliun, atau naik Rp2,11 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Bisnis Asuransi Kendaraan Listrik 

Ketua Departemen Statistik AAUI Esti Handayani menuturkan bahwa ‘aroma’ bisnis asuransi kendaraan listrik sudah mulai masuk di Indonesia dan sejumlah pemain besar asuransi sudah bersiap mengambil hati calon pemegang polis di bisnis ini.

“Bahkan, tahun ini sudah ada beberapa pelaku pasar Indonesia yang sudah mulai meng-cover mobil listrik,” ujar Esti dalam paparan Kinerja Asuransi Umum dan Reasuransi Kuartal III/2022 secara daring, Jumat (16/12/2022).

Namun, Esti menuturkan bahwa sampai dengan saat ini OJK belum menerapkan perlakuan khusus terkait kendaraan listrik, sehingga banyak perusahaan asuransi masih menggunakan asuransi kendaraan bermotor dan mempelajari tingkat risiko yang sedikit berbeda dari kendaraan berbahan bakar bensin atau solar dibandingkan dengan KBLBB.

Sementara itu, Wakil Ketua AAUI Bidang Information and Applied Technology Dody Dalimunthe menyatakan AAUI akan mendukung keuangan berkelanjutan, termasuk inisiatif kendaraan listrik. Dody menyampaikan bahwa industri asuransi umum akan memberikan insentif terkait dengan proses untuk pengasuransian kendaraan listrik. 

“Kita akan memberikan beberapa relaksasi atau insentif tersebut mungkin dengan premi yang sedikit berbeda hingga beberapa perlakuan agak berbeda. Hal ini dilakukan supaya penetrasi dari kendaraan listrik akan semakin banyak di masyarakat, karena ini akan mendorong green ecosystem dan sustainable finance,” terangnya.

Setali tiga uang, Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwyanto mengungkapkan industri asuransi di kawasan ASEAN sepakat bahwa kendaraan listrik menjadi sesuatu yang harus diatur, salah satunya terkait perhitungan. Pasalnya, spare part untuk kendaraan listrik membutuhkan biaya yang tak murah alias mahal dan memiliki jumlah yang sedikit dibandingkan dengan kendaraan konvensional.

“Belum banyak data yang dipunyai oleh industri asuransi untuk menetapkan tarif dan sebagainya. Namun ini menjadikan satu semangat karena sejalan dengan arahan Presiden bahwa Indonesia diproyeksikan menjadi pemain utama industri baterai di dunia,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper