Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Seleksi Alam Pinjol hingga Negara Berpenghasilan Tinggi

Berita tentang industri finansial teknologi menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id pada Kamis (12/1/2023)
Ilustrasi fintech. /Freepik
Ilustrasi fintech. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri finansial teknologi atau fintech pinjaman peer to peer (P2P) lending didorong untuk memenuhi ekuitas minimal sebesar Rp12,5 miliar yang berasal dari profit maupun suntikan modal. Mengingat baru separuh dari total penyelenggaran yang telah memenuhi ketentuan tersebut.

Berita tentang industri finansial teknologi menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Kamis (12/1/2023):

1. Siasat Fintech Pinjol Lolos 'Seleksi Alam'

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatata hingga sampai saat ini,setidanya sebanyak 58 dari 102 penyelenggara fintech yang telah memenuhi ketentuan ekuitas minimal Rp12,5 miliar. Namun, masih terdapat tenggat dua tahun bagi penyelenggaran fintech lending untuk memenuhi aturan. 

Adapun kebijakan tersebut untuk memenuhi ketentuan yang tertuang di dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 10/POJK.05/2022 (POJK 10/2022) tentang Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi.

Chairman Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro menilai bahwa perusahaan fintech P2P lending dapat memenuhi ekuitas yang berasal dari keuntungan perusahaan maupun suntikan modal.

“Target ekuitas [penyelenggara fintech P2P lending] bisa terpenuhi dari profit perusahaan atau dari injeksi modal,” kata Eddi kepada Bisnis, dikutip Rabu (11/1/2023).

2. Lemah Penetrasi Tanpa Palapa Ring Integrasi

Pemerintah membantah kabar Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Palapa Ring sepi peminat. Namun, diakui juga mengakui bahwa proyek lanjutan Palapa Ring Integrasi akan menambah akan berkontribusi pada penetrasi internet, baik fixed broadband maupun mobile broadband.

Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Palapa Ring Timur dikabarkan masih sepi peminat. Proyek strategis nasional senilai Rp5,13 triliun belum memiliki banyak penyewa hingga Desember 2022. Berdasarkan data yang diterima Bisnis, dari 504 Gbps kapasitas, yang telah digunakan baru 1 Gbps.

Jumlah tersebut sangat kecil untuk sebuah infrastruktur jaringan tulang punggung yang telah beroperasi sejak Desember 2019. Namun data tersebut dibantah oleh Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Dhia Anugrah Febriansa. Utilisasi Palapa Ring Timur dikatakan terus bertumbuh, bahkan telah melampaui target. 

3. IPO 2023: Kala Emiten Bimbel BMBL Memilih Masuk Bursa

Nasib PT Lavender Bina Cendikia Tbk. kurang beruntung di hari pertama transaksi sahamnya usia tercatat di Bursa Efek Indonesia hari ini, Rabu (11/1/2023). Meski begitu, manajemen perusahaan punya rencana dalam pengembangan bisnis yang berpotensi meningkatkan kinerja jangka panjang perusahaan.

Segera setelah dibuka, saham emiten berkode BMBL ini langsung anjlok terkena auto rejection bawah (ARB) atau turun 9,57 persen dari level Rp188 menjadi Rp170. Kondisi ini bertahan hingga akhir penutupan perdagangan hari ini.

Tercatat, saham emiten pendidikan bimbingan belajar (bimbel) dan konseling swasta ini ditransaksikan sebanyak 3.123 kali dengan nilai Rp3,69 miliar. Total jumlah saham yang ditransaksikan mencapai 21,45 juta lembar. Dengan penurunan harga tersebut, nilai kapitalisasi pasar BMBL menjadi tinggal Rp175,1 miliar.

Saham ini sejatinya mendapatkan minat yang cukup tinggi dari investor saat proses penawaran umum dalam rangka initial public offering (IPO). Menurut keterangan manajemennya, sahamnya mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga 47 kali dari total penjatahan terpusat.

4. Menilik Kunjungan Turis Asing di Bandara AP II, Seperti Apa?

Melandainya pandemi Covid-19 dan dicabutnya status PPKM menjadi berkah tersendiri bagi sektor penerbangan dan juga pariwisata Indonesia. PT Angkasa Pura (Persero) atau AP II menetapkan proyeksi optimistis bisa melayani sebanyak 73 juta penumpang sepanjang 2023 atau naik 16 persen dibandingkan dengan realisasi 2022. Untuk diketahui, Angkasa Pura mengelola 20 bandara yang tersebar di Pulau Sumatra, sebagian Pulau Jawa, dan Kalimantan Barat. 

Berdasarkan data BPS, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) periode Januari hingga November 2022 mencapai sebesar 4,6 juta orang atau naik 228,30 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021. 

Adapun dari total kunjungan wisman sebesar 4,6 juta orang, sebesar 18,89 persen atau 869.189 wisman masuk dari sejumlah pintu bandara yang dikelola oleh AP II yakni dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Internasional Kualanamu, Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Bandara Internasional Supadio, Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, dan Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II. 

Sepanjang tahun ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sendiri menargetkan dapat membidik wisatawan mancanegara di angka 3,5 juta hingga 7,4 juta kunjungan. Lalu untuk kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) mencapai 1,2 miliar hingga 1,4 miliar orang di 2023. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2022. Target ini didasarkan pada animo pergerakan wisatawan nusantara yang terus bergeliat pasca pandemi. Kemenparekraf pun juga menargetkan dapat memperoleh devisa pariwisata sebesar US$2,07 miliar hingga US$5,95 miliar.

5. Mengukur Kekuatan Indonesia Menjadi Negara Berpenghasilan Tinggi

Harapan agar Indonesia segera keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah menjadi negara berpenghasilan tinggi sudah cukup lama dikumandangkan. Ada perhitungan yang menyebutkan Indonesia sudah 29 tahun berkubang dalam kubangan middle income trap. 

Sementara waktu untuk bisa menuju kelompok negara berpenghasilan tinggi hanya tinggal 12 hingga 14 tahun. Lantas seberapa kuat Indonesia bisa keluar dari middle income trap untuk berlari menuju hide income country alias negara berpenghasilan tinggi?

Dilihat dari banyaknya kekurangan yang ada selama ini, kalau mau jujur, cukup banyak yang harus dipoles di negeri ini. Belakangan Indonesia ngebut membangun infrastruktur untuk mengembangkan konektivitas.

“Tidak ada negara yang berpenghasilan tinggi jika infrastrukturnya tertinggal. Tantangan bagi kita adalah negara besar dengan geografis kepulauan. Kita harus memastikan konektivitas tidak hanya pada pulau besar tetapi juga pulau kecil. Jadi dalam hal ini bicara infrastruktur tidak sesederhana membangun jalan tol saja. Kita harus berbicara tentang konektivitas masuk di dalamnya pelabuhan, bandara, dan jaringan internet,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam keterangan resmi Kemenkeu, dikutip Rabu (11/1/2023).

Tak hanya konektivitas, perbaikan sumber daya manusia, reformasi birokrasi, transformasi ekonomi, penerapan kebijakan fiskal yang mendukung juga dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper