Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bahwa kebijakan moneter pada tahun ini akan tetap diarahkan untuk mendukung stabilitas perekonomian. Suku bunga acuan pada Februari 2023 bakal naik lagi?
Sementara empat kebijakan lainnya, yaitu kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta inklusi ekonomi hijau dan syariah, akan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi atau pro-growth.
Sejak Agustus 2022, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 basis poin hingga ke level 5,75 persen. Perry mengatakan kebijakan moneter yang lebih ketat ini diarahkan untuk segera menurunkan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Untuk itu kami sangat jelas, untuk menurunkan inflasi inti, kami sudah naikkan suku bunga sebesar 225 basis poin,” katanya dalam acara Peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).
Perry juga menyampaikan bahwa BI memandang kenaikan suku bunga sebesar 225 basis poin ini memadai untuk menurunkan laju inflasi ke sasarannya.
BI memastikan tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I/2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen pada semester II/2023.
“Pada RDG [Rapat Dewan Gubernur] kemarin sudah jelas, bahwa kenaikan 225 basis poin ini memadai, jelas sekali, tidak ada kata-kata yang lebih transparan dengan arah kebijakan ini, forward guidance-nya jelas,” kata Perry.
Dia optimistis dengan kebijakan tersebut, nilai tukar rupiah akan terus menguat, ditambah dengan optimalisasi pengelolaan lalu lintas devisa oleh BI.
Perry menambahkan likuiditas di perbankan akan terus dipastikan cukup melalui kebijakan makroprudensial, sehingga dapat mendorong penyaluran pembiayaan dan kredit.
“Kami akan terus berkreasi mendorong kredit bisa mencapai 10-12 persen, bahkan bisa lebih. Sejumlah bank kami lihat berpotensi melebihi 12 persen, sepanjang prudent,” kata dia.