Kartika mengatakan bahwa saat ini saham publik di BSI hanya baru mencapai 9,91 persen. “Kita ingin menambah float dari yang ada saat ini,” katanya setelah acara GIFS pada Rabu (15/2/2023).
Dalam upayanya memperbesar porsi saham publik itu, porsi kepemilikan saham BRI dan BNI di BSI akan hilang. “Memang ada saham dari BRI dan BNI yang perlahan keluar dari BSI,” ujar Kartika.
Sementara, porsi saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) di BSI tetap bertahan. Bank Mandiri juga menurutnya akan tetap menjadi pemegang saham pengendali dan pemerintah akan tetap memegang saham dwiwarna di BSI.
Sementara itu, seiring dengan keluarnya BRI dan BNI dari BSI, Kartika mengatakan bahwa ada peluang masuknya investor strategis. “Ini akan dilihat komposisinya di pasar, BNI dan BRI exit, siapa yang akan gantikan, dan berapa size-nya?” ujarnya.
Kartika mengatakan bahwa ada sejumlah investor potensial yang bisa masuk menggantikan BRI dan BNI di BSI. Sementara, seiring dengan target BSI untuk menjadi pemain global, maka investor asing pun mempunyai peluang besar.
“Kita terus berproses, kita ingin sebenarnya BSI jadi pemain di global ekosistem,” kata Kartika.
Baca Juga
Berdasarkan data komposisi kepemilikan saham BRIS per 31 Januari 2023, Bank Mandiri tercatat sebagai pemilik saham pengendali dengan porsi kepemilikan 51,47 persen. Kemudian, BNI mempunyai porsi kepemilikan saham 23,24 persen, dan BRI 15,38 persen.