Bisnis.com, Jakarta - Memasuki tahun 2023, hambatan dari pertumbuhan yang melambat dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi yang telah mengganggu investor akan tetap menjadi penggerak pasar utama, namun meskipun prospek siklus tetap menjadi tantangan utama, kami mulai melihat beberapa pelajaran berharga.
HSBC Global Private Banking memperkirakan siklus ketat kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, akan mendekati akhir. Selama 2 bulan berturut-turut pada Oktober dan November, inflasi Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat (AS) lebih rendah daripada estimasi konsensus yang menunjukkan tanda-tanda bahwa inflasi sudah mencapai puncaknya.
Meskipun inflasi utama dan inflasi inti diharapkan turun pada 2023, HSBC memperkirakan inflasi jasa akan tetap tinggi karena kenaikan biaya sewa dan kenaikan upah. Hal ini berarti The Fed akan memperlambat kenaikan suku bunga dan mungkin mempertahankan kebijakan untuk 2023.
Apa artinya untuk tahun 2023 ini?
1. Akhir Dari Penguatan USD
HSBC percaya bahwa penguatan USD telah berakhir karena suku bunga AS telah memuncak. Diferensial suku bunga antara USD dan mata uang G10 lainnya tidak mungkin semakin lebar, dan hal ini menghilangkan penggerak utama untuk USD.
HSBC memiliki pandangan netral terhadap USD dan bullish pada JPY, SGD, dan BRL. Kami memperkirakan pandangan netral untuk EUR, GBP, dan RMB terhadap USD yang lebih lemah pada tahun 2023.
2. Realokasi ke Obligasi Menjelang Puncak Suku Bunga
Setelah lonjakan tajam imbal hasil obligasi pada 2022, HSBC melihat peningkatan paling substansial pada perkiraan pengembalian jangka panjang obligasi dibandingkan dengan kas dan saham. Oleh karena itu, HSBC overweight pada obligasi dan sangat overweight pada obligasi berperingkat investasi di pasar negara maju, pasar negara berkembang, dan Asia dengan preferensi untuk durasi pendek hingga menengah (2-5 tahun).
Ada keuntungan risk-reward yang menarik dan keuntungan diversifikasi dalam obligasi peringkat tinggi dibandingkan dengan saham, karena siklus ekonomi yang memburuk meningkatkan ketidakpastian pendapatan perusahaan.
3. Membangun Portofolio Tahan Resesi
Seiring dengan risiko siklus yang diperkirakan tetap tinggi hingga setidaknya kuartal I/2023, investor seharusnya fokus pada perusahaan berkualitas yang memiliki neraca kuat dan kekuatan margin untuk menghasilkan pendapatan yang kokoh, bahkan saat biaya input naik dan pertumbuhan melambat.
HSBC berpandangan positif pada perusahaan berkualitas yang akan diuntungkan dari tren pertumbuhan struktural seperti perusahaan yang fokus pada keberlanjutan.
4. Diversifikasi Risiko untuk Mengurangi Volatilitas
Perlambatan ekonomi global akan tetap menjadi tantangan utama bagi saham dan ekuitas global dalam beberapa waktu pada 2023, dan seperti tahun-tahun sebelumnya, akan ada periode ketegangan geopolitik dan risiko stabilitas keuangan pada tahun 2023.
Portofolio yang terdiversifikasi dengan obligasi peringkat tinggi dapat memberikan keseimbangan untuk mengurangi ketidakpastian.
5. Membangun Dividen yang Tangguh
Dividen dapat secara signifikan menambah total return, terutama ditengah potensi kenaikan yang konsisten pada pasar saham terbatas. Saat siklus melambat, penting untuk memilih perusahaan yang memiliki arus kas yang cukup kuat untuk membayar dividen yang stabil atau tumbuh.
6. Posisi atas Pembukaan Kembali China
Setelah China membuat perubahan kebijakan yang signifikan untuk melonggarkan pembatasan Zero Covid-19 dan meningkatkan dukungan pendanaan untuk pasar properti, HSBC memperkirakan pertumbuhan PDB China akan pulih menjadi 5,0% pada 2023 dan tumbuh lagi menjadi 5,8% pada 2024, naik dari 2022 yang sebesar 3,0%.
HSBC berpandangan positif pada perusahaan yang diuntungkan setelah China dibuka kembali yaitu para pemimpin industri berkualitas di sektor perjalanan, maskapai penerbangan, perhotelan, makanan dan minuman, gaming, dan sektor konsumsi massal.
7. Optimistis pada Asia
Di tengah kondisi penurunan global yang menyeluruh, Asia, kecuali Jepang, tetap berkinerja terbaik dan satu-satunya wilayah yang diproyeksikan memberikan percepatan pertumbuhan PDB menjadi 4,3% pada 2023 dari 3,5% pada 2022, didorong oleh pembukaan ekonomi di China dan Hong Kong serta pertumbuhan solid di wilayah Asia Tenggara.
Dengan pembukaan kembali Asia yang sudah berjalan menuju pemulihan, investor dapat mengalihkan pandangan ke saham Asia di China, Hong Kong, Indonesia, dan Thailand.
8. Macan Asia Tenggara
Ekonomi Asia Tenggara menunjukkan tanda-tanda ketangguhan dengan prospek belanja konsumen yang kuat di tengah pembukaan ekonomi yang terus berlanjut. Ada peluang pertumbuhan di perusahaan konsumsi, infrastruktur, bank-bank ASEAN, dan REIT Singapura.
HSBC melihat ASEAN sebagai wilayah yang lebih terintegrasi secara ekonomi melalui Regional Comprehensive Economic Partnership, dan ekonomi ASEAN juga dapat diuntungkan dari rekonfigurasi dan regionalisasi rantai pasok di Asia.
9. Pemulihan Brazil
Bank sentral Brazil diharapkan akan memotong suku bunga pada kuartal II/2023, setelah inflasi terkendali, sehingga saham Brazil, mata uang lokal, dan obligasi dalam mata uang utama diharapkan akan mengalami pertumbuhan. Brazil melalui ekspornya juga akan diuntungkan dari pemulihan pertumbuhan di China tahun depan.
10. Revolusi Keberlanjutan
Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2022 (COP27) dan Konferensi Keanekaragaman Hayati Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP15) telah menunjukkan bahwa perubahan iklim dan keanekaragaman hayati saling mempengaruhi.
Keduanya sepakat banyak hal yang harus dilakukan dengan segera dan harus menjadi upaya berkelanjutan jika kita ingin memiliki kesempatan untuk mencapai target iklim 1,5 °C sesuai dengan kesepakatan Paris.
Investasi untuk membawa dunia ke arah net-zero pada 2050 harus dipercepat, ke lebih dari US$4 triliun per tahun hingga 20301, tidak hanya dalam pembangkit listrik terbarukan, tetapi seluruh rantai nilai energi bersih.
Akan lebih bijaksana jika investor berinvestasi di perusahaan-perusahaan berkualitas yang sejalan dengan tujuan keberlanjutan dalam strategi jangka panjang.
Pemaparan di atas berdasar pada HSBC Global Private Banking Q1 2023 Investment Outlook – Looking for the Silver Lining