Bisnis.com, JAKARTA – Suku bunga the Fed (Fed Funds Rate/FFR) dinilai masih berpotensi naik hingga 5,5 persen pada tahun ini.
Hal ini disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur, Kamis (16/3/2023).
Perry menjelaskan, kebijakan suku bunga the Fed akan mempertimbangkan tekanan inflasi dan perkembangan ekonomi, khususnya kondisi pasar tenaga kerja di negara itu.
Per Februari 2023, inflasi Amerika Serikat (AS) tercatat melandai ke tingkat 6 persen. Menurut Perry, inflasi umum di AS menurun, namun penurunan inflasi inti masih sangat lambat.
“Sehingga kami menggunakan baseline skenario FFR naik menjadi 5,25 bahkan ada potensi naik ke 5,5 persen,” katanya.
Dengan baseline ini, Bank Indonesia menahan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75 persen.
Baca Juga
Perry menilai, the Fed dalam pertemuan FOMC tentunya akan mempertimbangkan faktor stabilitas sistem keuangan terkait dengan kasus bangkrutnya tiga perbankan di negara itu, yaitu Silicon Valley Bank, Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Namun demikian, BI melihat langkah kuat yang dilakukan oleh the Fed dan otoritas keuangan di AS untuk menyelamatkan tiga perbankan tersebut akan cepat mengembalikan stabilitas sistem keuangan AS.
Selain itu, pemerintah federal juga bekerja sama dengan Inggris dan negara lain untuk memitigasi dampak rambatan dari bangkrutnya ketiga bank.
“The Fed akan mempertimbangkan stabilitas sistem keuangan, tapi dengan cepat kembalinya stabilitas sistem keuangan, Fed akan mempertimbangkan faktor fundamental, inflasi inti yang belum tutun cepat, pasar tenaga kerja yang masih ketat, kami gunakan proyeksi baseline 5,25 persen dan potential risk 5,50 persen,” jelas ekonom jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.