Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gerakan Dedolarisasi, Begini Penjelasan Bos BI

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan saat ini Indonesia juga melakukan transaksi dengan mata uang berbentuk local currency transaction (LCT). 
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membantah adanya rencana dedolarisasi yang hendak dilakukan Indonesia. 

Dia menjelaskan bahwa Idonesia saat ini tengah melakukan diversifikasi mata uang. Artinya dalam setiap transaksi perdagangan dan investasi tidak hanya mengandalkan dolar Amerika Serikat (AS).

Lebih jauh, Perry menjelaskan dirinya tidak mendengar adanya usulan dedolarisasi, namun lebih kepada diversifikasi penggunaan mata uang dalam bentuk local currency transaction (LCT). 

“Indonesia sudah mulai menggagas diversifikasi penggunana mata uang, yaitu dalam bentuk local currency transaction itu adalah diversiifkasi,” ungkapnya seperti dikutip dalam YouTube Bank Indonesia, Selasa (18/4/2023). 

LCT dalam hal ini melalui Asean payment connectivity untuk transaksi antarnegara, seperti yang sudah Indonesia lakukan menggunakan QRIS crossborder ataupun fast payment

QRIS crossborder adalah sistem pembayaran kode QR yang dapat digunakan lintas negara.

Dengan QRIS antarnegara, transaksi antarnegara tidak perlu lagi mengkonversi atau menukarkan mata uang lagi saat berbelanja di negara yang dikunjunginya, cukup dengan memindai kode QR.

“Itu diversifikasi penggunaan mata uang ke arah lokal daripada penggunaan dolar, itu arahnya sama,” tambahnya. 

Berbeda dengan negara-negara aliansi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) yang berencana melakukan dedolarisasi dengan membuat mata uang tersendiri dan menggantikan dolar AS dalam perdagangan global, realisasi diversifikasi di negara Asean sudah lebih konkret. 

Sebagaimana diketahui, Indonesia telah menerapkan divesifikasi melalu LCT dan telah bekerja sama dengan empat negara, yaitu Thailand, Malaysia, Jepang, dan China. 

Rencananya pada awal Mei 2023, Indonesia juga akan meneken kerja sama dengan Korea Selatan untuk transaksi menggunakan LCT. 

“Sebentar lagi awal Mei kami akan menandatangani dengan Korea untuk LCT,” ujar Perry. 

BI mencatat pada periode Januari-Februari 2023, transaksi melalui LCT telah mencapai US$957 juta dengan jumlah pelaku LCT saat ini mencapai 2.014 pelaku, meningkat 274 pelaku dari kondisi 2022 yang kala itu sebanyak 1.740 pelaku. 

Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan pentingnya bagi bank sentral Asean untuk memperkuat koordinasi agar mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat.  

“Asean perlu untuk mempererat kerja sama dan mengambil langkah kolektif yang berkaitan dengan recovery-rebuilding, digital economy and sustainability,” katanya, Selasa (28/3/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper