Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Kerek Suku Bunga Acuan, BI Rate Bakal Naik atau Tetap 5,75 Persen?

Simak proyeksi ekonom terkait BI Rate saat The Fed mengerek suku bunga acuan 25 Bps.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman melihat meski The Fed masih menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Mei 2023, Bank Indonesia masih akan terus mempertahankan BI7DRR di level 5,75 persen hingga akhir 2023. 

“Secara keseluruhan, kami tetap memperkirakan BI akan mempertahankan BI-7DRRR di level 5,75 persen hingga sisa 2023 dengan tetap mewaspadai perkembangan ekonomi global ke depan yang masih penuh dengan ketidakpastian,” ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip, Kamis (4/5/2023). 

The Fed menaikkan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 bps ke kisaran 5 persen hingga 5,25 persen pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Mei 2023. 

Besaran tersebut mencapai level tertinggi sejak 16 tahun terakhir atau sejak 2007. The Fed juga menyebutkan akan melanjutkan proses pengurangan kepemilikan sekuritas secara signifikan.

Sejak awal 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 500 bps untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen dari waktu ke waktu. 

Ke depan, The Fed mengatakan akan mengambil pendekatan yang bergantung pada data dalam menentukan sejauh mana pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat.

Berbeda dengan keadaan di Amerika Serikat (AS), dari sisi domestik, tingkat inflasi cukup terkendali dan pada April 2023 telah turun menjadi 4,33 persen year-on-year (yoy). 

“Kami melihat bahwa inflasi akan terus menurun ke depan dan dapat mencapai kisaran target 2 – 4 persen pada akhir paruh pertama 2023,” tambah Faisal. 

Namun, surplus perdagangan kian menyusut pada Maret 2023 menjadi US$2,91 miliar, terkecil sejak Mei 2022, karena kinerja ekspor yang lemah menyusul lesunya pertumbuhan ekonomi global. 

Pasar saham dan obligasi juga diwaspadai akan mencatatkan net outflow pada Mei 2023 di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global sehingga berisiko terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah.

Bank Indonesia (BI) terus melawan arus kenaikan suku bunga acuan dengan alasan telah melakukan mitigasi dini yakni menaikkan BI7DRR sejak kuartal III/2022.

Pemerintah meyakini kenaikan suku bunga BI dan The Fed yang terbaru, tidak akan menekan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper