Bisnis.com, JAKARTA – Suku bunga simpanan deposito perbankan masih dalam tren tinggi meskipun Bank Indonesia (BI) telah menahan laju suku bunga acuannya tiga kali. Dengan masih tingginya suku bunga deposito itu, apakah ada potensi rebutan pendanaan dari nasabah?
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis BI, suku bunga simpanan berjangka per Maret 2023 tercatat meningkat pada hampir semua tenor. Pada tenor 1 bulan, terjadi peningkatan 3 basis poin (bps) menjadi 4,17 persen per Maret 2023. Tenor 3 bulan naik 1 bps menjadi 4,42 persen, tenor 6 bulan naik 24 bps menjadi 4,74 persen, dan tenor 12 bulan naik 7 bps menjadi 4,94 persen.
Padahal, setelah suku bunga acuan BI mengalami tren peningkatan sejak pertengahan tahun lalu hingga awal tahun ini, lajunya terhenti dalam tiga bulan terakhir. Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 17-18 April 2023 telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan ke level 5,75 persen.
Tren peningkatan suku bunga simpanan itu juga terjadi di sejumlah bank. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya sejak November 2022 telah menaikkan suku bunga deposito rupiah secara bertahap. Per 1 Maret 2023, BCA juga menaikan suku bunga deposito rupiah hingga 100 bps untuk jangka waktu 3 bulan, menjadi 4 persen.
Kemudian, untuk jangka waktu 6 bulan, suku bunga deposito rupiah naik 50 bps menjadi 2,50 persen. "Secara keseluruhan, saat ini suku bunga deposito rupiah bervariasi di kisaran 2 persen hingga 4 persen sesuai dengan tenor yang diambil," kata Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Sementara, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) Yuddy Renaldi mengatakan perseroan telah melakukan penyesuaian terhadap tren kenaikan suku bunga acuan BI sejak pertengahan tahun lalu. Secara keseluruhan, suku bunga simpanan Bank BJB telah merangkak sekitar 150 bps sejak tahun lalu.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan tren tingginya suku bunga simpanan itu akan memengaruhi perbankan dalam meraup pendanaan. “Efek paling berasa adalah akan adanya rebutan dana pihak ketiga [DPK] dari bank,” ujarnya.
Menurut Amin, persaingan bank dalam berebut dana masyarakat akan menjadi lebih menarik dengan berbagai penawaran yang ditawarkan. Perlu adanya produk campuran atau bundling dari perbankan untuk menarik hati para nasabah.
Sementara itu, CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan tren kenaikan suku bunga acuan BI sejak pertengahan tahun lalu menjadi 5,75 persen membuat bank-bank turut menaikan suku bunga depositonya. Namun, peningkatan tersebut tidak begitu pesat.
“Jadi kita melihat bahwa kalau untuk pendanaan, tidak ada potensi terjadinya deposito war,” ujarnya dalam konferensi pers pada Senin (15/5/2023) di Jakarta.
Ia melihat kondisi likuiditas di perbankan juga saat ini masih pada posisi ample. Mengacu data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 128,87 persen dan 28,91 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
Selain itu, tren peningkatan suku bunga deposito akan terhenti bahkan menurun pada semester kedua tahun ini. Alhasil, potensi rebutan pendanaan di bank menurutnya tidak akan terjadi.