Bisnis.com, JAKARTA — Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat tingkat kesehatan atau tingkat solvabilitas program Jaminan Hari Tua (JHT) berada di level 99,74 persen pada 2022.
Solvabilitas adalah perbandingan jumlah utang perusahaan berbanding dengan kekayaan yang dimiliki. Dengan rasio ini, artinya program JHT secara rasio belum mampu 100 persen memenuhi kewajibannya.
Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Asep Rahmat Suwandha mengatakan bahwa tingkat solvabilitas yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan berada di taraf yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
“Dari tahun ke tahun kami selalu meningkatkan solvabilitas. Jadi solvabilitas di angka 99 persen relatif jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu sekitar 97 persen kalau gak salah. Jadi terus kita perbaiki,” kata Asep saat ditemui di Westin Hotel, Jakarta, Senin (29/5/2023).
Asep menuturkan bahwa salah satu strateginya adalah melalui tingkat penilaian harga saham. Saat ini sebagian besar investasi BPJS Ketenagakerjaan ditempatkan di surat berharga negara (SBN). Meski demikian, Asep mengatakan terdapat di bawah 10 persen investasi di saham.
Sebagai gambaran sepanjang 2022, jumlah aset JHT yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan mencapai Rp417,95 triliun atau naik 10 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya hanya bernilai Rp379,19 triliun. Sementara itu, jumlah liabilitas kepada peserta mencapai Rp419,02 triliun.
Baca Juga
Selain itu, program JHT mencatatkan pendapatan iuran senilai Rp55,72 triliun pada 2022 atau naik 8 persen yoy dari semula Rp51,45 triliun. Klaim JHT juga terpantau merangkak hingga 17 persen yoy dari Rp37,08 triliun menjadi Rp43,24 triliun.
Beralih ke hal lain, dana investasi JHT juga naik 10 persen yoy menjadi Rp410,32 triliun dengan hasil investasi yang mencapai Rp26,81 triliun atau tumbuh 10 persen yoy.