Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laju pertumbuhan penyaluran kredit perbankan periode April 2023 melandai disebabkan oleh sejumlah faktor.
Berdasarkan data dari OJK, portofolio kredit industri perbankan hingga April 2023 mencapai Rp6.464 triliun, tumbuh 8,08 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Meski begitu, pertumbuhan kredit pada April 2023 itu melandai jika dibandingkan dengan Maret 2023 yang tumbuh 9,93 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan melandainya kredit pada April 2023 itu terkait dengan siklus secara seasonal. "Pada awal tahun memang selalu menurun, secara historical per April itu turun dibandingkan Maret," katanya dalam rapat dewan komisioner (RDK) OJK pada Selasa (6/6/2023).
Selain siklus, penyaluran kredit pada April 2023 melandai dikarenakan permintaan kredit yang masih tumbuh terbatas. Pencabutan stimulus Covid-19 juga menurutnya berdampak, karena adanya ketidakpastian terhadap risiko kredit.
Meski begitu, OJK tetap berpandangan bahwa pertumbuhan penyaluran kredit sepanjang tahun ini akan sesuai proyeksi. "Setidaknya masih bisa tumbuh 10 persen hingga akhir 2023 nanti," kata Dian.
Dia juga berharap pertumbuhan penyaluran kredit pada tahun ini tetap digenjot dengan prinsip kehati-hatian.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Lani Darmawan mengatakan melandainya kredit pada April 2023, terutama kredit korporasi lebih disebabkan karena banyaknya libur, bertepatan dengan momen lebaran. Hal tersebut membuat proses dan permintaan kredit tertunda.
Namun, dia optimistis permintaan kredit akan tumbuh pesat pada keseluruhan tahun ini. "Kami melihat animo masih tetap sama," katanya kepada Bisnis.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan melandainya kredit pada April 2023 itu bukan menjadi indikasi tren penurunan jangka panjang. Melandainya kredit lebih bersifat teknikal setelah mengalami tren pertumbuhan dalam beberapa bulan sebelumnya.
Menurutnya, permintaan kredit masih akan tumbuh pesat tahun ini, terutama kredit korporasi. "Pasca pandemi Covid-19, aktivitas dunia usaha secara bertahap mulai pulih dan bangkit. Hal ini kemudian akan mendorong kenaikan kebutuhan pembiayaan bank baik untuk modal kerja maupun investasi," katanya.