Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BSI Siap Perbesar Porsi Saham Free Float, Bidik Top 10 Global dari Sisi Market Cap

BSI akan meningkatkan porsi saham free float pada tahun ini untuk mencapai target top 10 bank syariah global dari sisi market capitalization.
Gedung berlogo Bank Syariah Indonesia yang berada di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (31/1/2021).  Bisnis/Arief Hermawan P
Gedung berlogo Bank Syariah Indonesia yang berada di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (31/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) menargetkan masuk ke dalam jajaran 10 bank syariah dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization(market cap) terbesar di dunia pada 2025. Salah satu upaya BSI untuk mencapai target tersebut adalah dengan mengerek naik jumlah saham publik atau free float tahun ini.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan saat ini perseroan merupakan bank syariah terbesar di dunia berdasarkan jumlah nasabah. Per Desember 2022, jumlah nasabah di BSI mencapai 18 juta, di atas bank syariah lain seperti Islamic Bank Bangladesh dengan 16 juta nasabah atau Al Rajhi Bank dengan 13 juta nasabah.

Namun, menurutnya jumlah nasabah yang banyak tidak menjamin bank mempunyai kapitalisasi pasar yang besar. "Karena kita [BSI] memiliki saham free float kecil, market cap kita sekarang pun dibandingkan bank syariah lain seperti Al Rajhi Bank, ada di bawah," ujar Hery pada Kamis (22/6/2023) di Jakarta.

BSI menempati posisi ke-13 sebagai bank syariah dengan kapitalisasi pasar terbesar dunia. Per Mei 2023, BSI mempunyai kapitalisasi pasar US$5,32 miliar, di bawah Dukhan Bank dengan kapitalisasi pasar US$5,62 miliar dan Masraf Al Rayan US$6,5 miliar. Sementara, Al Rajhi Bank menjadi bank berkapitalisasi terbesar di dunia dengan market cap US$75,4 miliar. 

"Nah, mimpi BSI pada 2025 adalah masuk 10 besar bank syariah dunia dari sisi market cap. Hal ini sangat mungkin terjadi kalau free float saham publiknya itu dinaikin lagi," ujar Hery.

Saat ini, saham free float di BSI mencapai porsi 9,91 persen. BSI menginginkan porsi saham free float yang lebih besar seperti bank berpelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN).

"Kita ingin seperti misalnya BNI yang perbandingan saham pemerintah dan publiknya 60-40, BRI dan Bank Mandiri begitu, BTN juga 60-40," tutur Hery.

Adapun, salah satu upaya dalam mengerek naik saham free float di BSI adalah dengan melepas kepemilikan saham BRI dan BNI di BRIS. Saat ini BNI mempunyai porsi kepemilikan saham 23,2 persen di BSI dan BRI mempunyai 15,38 persen.

Sementara Bank Mandiri sebagai pemilik saham pengendali dengan porsi kepemilikan 51,47 persen akan tetap di BRIS. "Oleh Kementerian BUMN tahun ini diputuskan bahwa mungkin saham [yang dipegang] BRI bisa divestasi," ungkap Hery.

Lepasnya kepemilikan saham BRI dan BNI di BSI juga akan memberi jalan masuknya investor strategis baru di BSI. Saat ini, pemegang saham BRIS masih dalam tahap penjajakan calon investor strategis yang akan masuk menggantikan BNI dan BRI.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan masuknya investor strategis baru di BSI itu juga akan mendorong jangkauan perseroan yang lebih luas ke kancah global. “Kita terus berproses, kita ingin sebenarnya BSI jadi pemain di global ekosistem,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper