Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa laju inflasi di dalam negeri turun lebih rendah dan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Inflasi Juli 2023 tercatat sebesar 3,08 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), melandai dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,52 persen.
Perry menjelaskan, tren inflasi yang terus melandai hingga Juli 2023 didukung terutama oleh kebijakan suku bunga BI, stabilisasi nilai tukar rupiah, dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang terus digalakkan.
Untuk diketahui, suku bunga acuan BI telah ditahan pada level 5,75 persen sejak Februari 2023. Pada Juli 2023 lalu, BI pun kembali mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat tersebut.
Menurut BI, kebijakan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2-4 persen pada sisa tahun 2023
“Bagaimana implikasinya [penurunan inflasi Juli 2023] ke suku bunga BI ke depan? Nanti waktu RDG [Rapat Dewan Gubernur] akan dijelaskan,” katanya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (1/8/2023).
Baca Juga
Perry mengatakan, kebijakan suku bunga mempertimbangkan tiga hal, yaitu pertama, perkembangan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan dinamika ekonomi global.
“Inflasi rendah? Iya. Kedua, bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi. Ketiga, kondisi global sekarang masih tidak menentu maka suku bunga tetap dulu, tapi fokus kita stabilisasi nilai tukar, tunggu,” jelas Perry.
Tercatat, pada Juli 2023 inflasi inti tetap terjaga rendah sebesar 0,13 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,12 persen mtm.
Inflasi inti tersebut terutama disumbang oleh inflasi komoditas biaya sekolah sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru sekolah. Secara tahunan, inflasi inti Juli 2023 tercatat sebesar 2,43 persen yoy.
Sejalan dengan itu, inflasi kelompok volatile food menurun dengan inflasi sebesar 0,17 persen mtm, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,44 persen mtm. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami deflasi 0,03 persen yoy.
Lebih lanjut, inflasi kelompok administered prices tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,44 persen mtm, meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,02 persen mtm.