Bisnis.com, JAKARTA — Peningkatan rasio klaim diproyeksikan terjadi pada program Tabungan Hari Tua (THT) bagi TNI/Polri PT Asabri (Persero). Peningkatan tersebut diprediksi mencapai 121,3 persen pada 2024.
Hal tersebut tercantum dalam Buku II Nota Keuangan beserta Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2024.
Sementara untuk program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) TNI/Polri, potensi risiko fiskal relatif terkendali dengan proyeksi rasio klaim pada 2024 sebesar 38,1 persen untuk JKK dan 66,3 persen untuk JKM.
Chief Financial Officer & Risk Management Asabri Helmi Imam Satriyono mengatakan klaim rasio THT yang masih di atas 100 persen memang menjadi hal yang perlu diwaspadai.
“Pengelolaan cash flow yang bertujuan memastikan kemampuan pembayaran klaim menjadi sangat penting. Alhamdulillah semua klaim kami bayarkan tepat jumlah dan tempat waktu,” kata Helmi kepada Bisnis, Senin (21/8/2023).
Helmi menambahkan pihaknya juga terus melakukan komunikasi dan pembahasan terkait klaim rasio THT dengan pemilik program yakni pemerintah. Tidak hanya itu sebagai salah satu upaya peningkatan aset, yang terus dilakukan adalah selektif berinvestasi dan meningkatkan hasil investasi.
Salah satu instrumen paling banyak yang digunakan Asabri yakni obligasi pemerintah. Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN TA 2024 juga mencatat adanya potensi risiko penurunan rasio solvabilitas PT Asabri.
Penurunan solvabilitas tersebut disebabkan oleh peningkatan nilai liabilitas yang tidak diimbangi dengan peningkatan aset.
“Risiko ini perlu dimitigasi mengingat pembayaran klaim THT harus dipenuhi dari likuidasi aset sehingga berpotensi menurunkan solvabilitas,” tulis Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN Tahun 2024.
Selain itu, program THT memerlukan penanganan segera terhadap aset tidak produktif, antara lain melalui penambahan aset baru maupun pemulihan aset bermasalah. Dua faktor tersebut menyebabkan likuiditas PT Asabri memerlukan penanganan segera untuk dilakukan pemulihan.
Selanjutnya, potensi risiko fiskal pada 2024 yang juga perlu diperhatikan antara lain kekurangan pendanaan pada program THT sebagai dampak perubahan yang gradual dalam penggunaan metode dan asumsi perhitungan sesuai dengan standar praktik aktuaria yang berlaku umum yang mulai diterapkan pada 2024 PT Asabri, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah mitigasi yang tepat.
Risiko lainnya adalah penurunan nilai aset investasi yang diakibatkan oleh fluktuasi pasar dan masih adanya aset nonproduktif yang menjadi penghambat peningkatan aset investasi.
Untuk memitigasi kondisi tersebut telah dilakukan serangkaian upaya antara lain:
- Rebalancing aset secara bertahap ke arah instrumen yang lebih produktif
- Pengelolaan investasi yang dilakukan berdasarkan karakteristik per program kelolaan serta berfokus pada Liabilities Driven Investing dimana pengelolaan aset diselaraskan dengan kewajiban PT Asabri (Persero) kepada peserta
- Pemantauan limit likuiditas per program kelolaan secara berkala
- Penguatan komite investasi.