Bisnis.com, JAKARTA — Layanan digital milik PT Bank BTPN Tbk. (BTPN), Jenius, mempertimbangan strategi memperluas memperluas ekosistem bisnis secara anorganik alias akuisisi atau merger.
Digital Banking Head Bank BTPN Irwan S. Tisnabudi mengatakan persaingan pada layanan digital perbankan makin ketat sejak pandemi Covid-19. Kondisi ini semakin semarak seiring sejumlah perbankan yang menetapkan bisnis sebagai perusahaan yang fokus digital pada 2021. Saat itu, strategi 'bakar uang' seperti memberikan promo bunga deposito jumbo digenjot bank-bank digital guna menarik nasabah baru.
"Kita merasakan impact-nya, tapi justru itu menjadi bahan pengembangan kita ke depan dalam memberikan engagement," ujar Irwan kemarin, (22/8/2023) di Jakarta.
Menurutnya, saat kompetitor menjalankan strategi 'bakar uang', Jenius membawa bisnisnya untuk berfokus dalam aspek berkelanjutan. Langkah itu misalnya mengembangkan konsep biaya berlangganan bernama feesible sebesar Rp10.000 per bulan. Fitur ini memberi pengguna akses untuk memanfaatkan seluruh layanan yang terhubung dengan akun Jenius. "Ini mau tidak mau harus diterapkan, agar sustain," tuturnya.
Sementara itu, guna menghadapi persaingan ketat layanan perbankan digital ke depan, Irwan mengatakan Jenius akan memperluas ekosistemnya secara anorganik. "Kami kan selama ini besar dari organik. Kami belum memiliki partner ekosistem yang terintegrasi. Itu strategi yang akan kita lakukan ke depan," ujar Irwan.
Strategi anorganik sendiri merupakan pengembangan bisnis dengan cara merger atau akuisisi. Namun, Irwan enggan menyebutkan bentuk strategi secara anorganik mana yang akan dijalankan Jenius milik BTPN itu.
Baca Juga
Sementara itu, perluasan ekosistem secara anorganik dilakukan guna menggenjot penyaluran pinjaman hingga penghimpunan simpanan atau dana pihak ketiga (DPK).
Adapun, Jenius telah meraup 4,8 juta pengguna terdaftar hingga Juni 2023, tumbuh 19 persen secara tahunan (year on year/yoy). Jenius juga telah meraup dana pihak ketiga (DPK) yang dikelola mencapai Rp24,7 triliun, naik 43 persen yoy.
Lalu, jumlah penyaluran produk pinjaman di Jenius telah mencapai Rp1,3 triliun, naik 119 persen yoy.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar juga mengatakan di antara strategi yang saat ini digencarkan Bank BTPN dalam menghadapi persaingan layanan perbankan digital adalah dengan inovasi. Khusus untuk meraup nasabah ritel, Bank BTPN mengandalkan Jenius.
Sementara BTPN dan entitas anak telah membukukan laba bersih Rp1,68 triliun pada semester I/2023. Laba ini susut 12,95 persen yoy dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,93 triliun.
Dari sisi intermediasi, BTPN telah menyalurkan kredit Rp148,71 triliun pada semester I/2023, naik dari Rp148,14 pada semester I/2022. Namun, aset bank turun dari Rp195,49 triliun pada akhir Juni 2022 menjadi Rp193,1 triliun pada Juni 2023.
Pada sisi pendanaan, bank telah meraup DPK Rp107,33 triliun per Juni 2023, naik 4,03 persen yoy. Bank juga telah meraup dana murah atau current account savings account (CASA) sebesar Rp37,35 triliun dengan porsi 34,79 persen terhadap DPK.