Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intip Rekomendasi Saham BMRI, BBRI, BBCA, dan BBNI di Tengah Rencana Pengaturan Dividen

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengatur kebijakan dividen bank yang dinilai akan menjadi katalis negatif. Lantas bagaimana rekomendasi sahamnya?
Nasabah sedang melakukan transaksi di Bank Mandiri Hong Kong Remittance Office - Dok. Bank Mandiri
Nasabah sedang melakukan transaksi di Bank Mandiri Hong Kong Remittance Office - Dok. Bank Mandiri

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengatur kebijakan tebaran dividen bank yang dinilai akan menjadi katalis negatif bagi bank. Lantas bagaimana rekomendasi saham bank-bank ke depan?

Sebagaimana diketahui, OJK telah menyampaikan akan menerbitkan pengaturan dalam upaya memperkuat penerapan tata kelola bank umum. Salah satu aspek pengaturan tersebut adalah terkait dengan dividen bank.

Pengaturan terkait dividen bank sendiri akan diterapkan OJK sehubungan dengan fungsi pengawasan agar alokasi laba yang diperoleh perbankan diprioritaskan untuk memperkuat permodalan, mulai dari investasi ekspansi bisnis maupun peningkatan infrastruktur teknologi informasi (TI), hingga menghadapi risiko keamanan siber.

Dalam aturan itu, regulator memastikan tidak akan mengatur persentase besaran dividend payout ratio yang dapat diberikan oleh bank kepada pemegang sahamnya. Namun, OJK akan mengatur mengenai kewajiban bank untuk memiliki kebijakan dalam pembagian dividen dan mengkomunikasikannya pada pemegang saham. 

Kebijakan dividen bank akan memuat antara lain pertimbangan bank, termasuk aspek internal dan eksternal, dalam menetapkan besaran pembagian dividen, yang juga secara proporsional mempertimbangkan kepentingan perusahaan dan kepentingan para pemegang saham (investor), termasuk memuat mekanisme persetujuan dan kewenangan yang diperlukan.

Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebutkan meskipun tidak akan ada batas maksimal pembagian dividen bank, namun regulasi yang ketat soal dividen dinilai akan menjadi katalis negatif. "Kami percaya bahwa regulasi yang berlebihan dapat menjadi katalis negatif bagi investor dalam menilai kembali penilaian bank lebih rendah terutama karena profil risiko atau imbalan yang kurang menarik," tulis Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo dan Abyan Habib Yuntoharjo dalam risetnya pada Rabu (22/8/2023).

Menurut riset tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) akan menjadi yang paling terkena dampak dari regulasi itu karena merupakan bank paling tinggi mencatatkan dividend payout ratio yakni sebesar 85 persen.

Selain itu, regulasi terkait dividen bank bisa berdampak buruk pada target dividen pemerintah dari BUMN pada 2024 dan seterusnya. Sebagai catatan, bank-bank BUMN seperti BBRI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan dividen pemerintah.  

"Kami mengamati bahwa bank-bank BUMN kontribusi dividen meningkat secara konsisten dalam 6 tahun terakhir dari 25 persen pada 2016 menjadi 60 persen pada 2022," ujar Handiman dan Abyan.

Selain adanya aturan dividen, bank juga berkutat pada target pertumbuhan penyaluran kredit yang lesu pada tahun ini. "Kami skeptis terhadap target pertumbuhan kredit BI [Bank Indonesia] yang baru direvisi menjadi sebesar 9-11 persen tahun ini akan tercapai," kata Handiman dan Abyan.

Untuk mencapai pertumbuhan 9 persen, bank-bank harus mencatat penambahan kredit bersih yang sangat besar pada paruh kedua 2023. Sementara itu, karena pemulihan ekonomi kehilangan momentum, baik domestik maupun global dan daya beli masih lesu terutama di level akar rumput, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai sangat sulit mengharapkan lonjakan pertumbuhan kredit tanpa stimulus moneter dan fiskal yang signifikan.

Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai pertumbuhan pendapatan bank mungkin masih meningkat pada paruh kedua 2023. Untuk BBRI, pendapatan konsolidasinya mungkin sesuai dengan estimasi konsensus meskipun laba bank secara bank only yang lebih lemah. 

Meski begitu, saat ini Mirae Asset Sekuritas Indonesia masih mempertahankan sikap overweight di sektor perbankan. Dua bank yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan BMRI terus menjadi pilihan utama. 

Di sisi lain, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menurunkan rekomendasi pada BMRI dan BBRI dari trading buy ke hold dengan target harga tidak berubah akibat apresiasi harga saham belakangan ini.

Secara lebih rinci, BBCA direkomendasikan hold dengan target harga Rp10.100. Berdasarkan data RTI Business, harga saham BBCA pada penutupan perdagangan Selasa (22/8/2023) di level Rp9.300.

BBRI direkomendasikan hold dengan target harga Rp6.000. Harga saham BBRI ditutup di level Rp5.575 pada perdagangan kemarin. BMRI direkomendasikan hold dengan target harga Rp6.300. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham BMRI di level Rp5.950.

Lalu, BBNI direkomendasikan buy dengan target harga Rp10.950. BBNI menutup level harga Rp9.100 pada perdagangan kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper