Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pembiayaan (multifinance) atau leasing terus memacu pendanaan melalui penerbitan surat utang di bandingkan kredit dari perbankan.
Tercatat, penerbitan surat utang di perusahaan pembiayaan tetap mendominasi dan menjadi penyumbang terbesar obligasi korporasi sepanjang semester I/2023.
Merujuk data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), penerbitan surat utang di perusahaan pembiayaan mencapai Rp15,11 triliun atau mengambil porsi sebesar 32,9 persen dari total penerbitan nasional selama semester I/2023. Porsi tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa industri lainnya seperti telekomunikasi hingga pertambangan.
Meski demilian, nilai ini terkoreksi 3,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari semester I/2022 yang mampu mencetak Rp15,65 triliun.
Economic Research Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin mengatakan penurunan penerbitan surat utang di industri multifinance salah satunya dipengaruhi kondisi suku bunga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Baca Juga
“Suku bunga tinggi membuat biaya pendanaan menjadi lebih mahal,” ujar Ahmad kepada Bisnis, Rabu (23/8/2023).
Ahmad menyebut kenaikan suku bunga juga berkontribusi pada peningkatan leverage keuangan. Oleh karena itu, tingginya suku bunga ini juga berpotensi untuk menahan pertumbuhan konsumsi masyarakat, sehingga mempengaruhi bisnis industri multifinance.
“Kami melihat lingkungan bunga tinggi masih menjadi faktor risiko bagi penerbitan surat utang oleh industri multifinance di tahun 2023,” tuturnya.
Sejumlah pemain di perusahaan pembiayaan pun berlomba menerbitkan surat utang pada semester I/2023. PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) atau WOM Finance misalnya yang melakukan penerbitan obligasi melalui mekanisme Penerbitan Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan WOM Finance IV Tahap III sebesar Rp1 triliun pada semester I/2023.
Direktur Keuangan WOM Finance Cincin Lisa Hadi mengatakan penerbitan obligasi ini meningkat 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp800 miliar. Kendati demikian, hingga saat ini, Cincin menjelaskan WOM Finance belum memiliki rencana untuk melakukan penerbitan obligasi di semester II/2023.
Namun untuk mempertebal pendanaan, emiten bersandi saham WOMF itu akan mencari pendanaan dari perbankan selain dari surat utang.
“Perusahaan akan menggunakan dukungan pendanaan dari pihak perbankan untuk mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan hingga akhir 2023,” kata Cincin kepada Bisnis, Rabu (23/8/2023).
Perusahaan pembiayaan lainnya, PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance) atau CNAF berencana akan menerbitkan SUKUK Penawaran Umum Berkelanjutan I (PUB I) Wakalah Bi Al Istitsmar pada semester I/2024 dengan perkiraan sebesar Rp1,3 triliun.
Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan penerbitan sukuk tersebut naik 30 persen dari pencairan sukuk di tahun ini yaitu sebesar Rp1 triliun. Menurutnya, hal ini sejalan dengan peningkatan pertumbuhan pembiayaan CNAF tahun 2024 yang diperkirakan naik sebesar 30 persen dari tahun 2023.
Adapun untuk 2023, Ristiawan menuturkan peningkatan pendanaan CNAF tetap memanfaatkan pendanaan dari induk usaha dalam pembiayaan bersama (joint financing).
“Perusahaan juga tetap membuka kerja sama dengan kreditur-kreditur baru maupun modal sendiri,” ungkap Ristiawan kepada Bisnis.
Sementara itu, emiten leasing PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) atau BFI Finance mengungkapkan bahwa selama semester I/2023, perusahaan telah menerbitkan tiga kali obligasi rupiah dengan total nilai emisi Rp3,8 triliun.
“Nilai ini justru meningkat karena jika dibandingkan dengan tahun 2022, BFI Finance tidak melakukan emisi obligasi,” kata Corporate Communication Head BFI Finance Dian Ariffahmi kepada Bisnis.
Lebih lanjut, Dian mengatakan BFI Finance belum ada rencana untuk penerbitan obligasi yang baru di kuartal III/2023.
“Hampir seluruh kebutuhan pendanaan tahun ini sudah memadai, contohnya surat utang yang diutilisasi dengan baik dan fasilitas kredit dari bank untuk memperkuat modal kerja,” pungkasnya.