Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Unit-Linked Masih Tekan Laju Premi Asuransi Jiwa di Semester I/2023

AAJI mencatat premi dari unit-linked terkoreksi hingga 24,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp42,56 triliun pada semester I/2023.
Ilustrasi asuransi unit link/Fincash
Ilustrasi asuransi unit link/Fincash

Bisnis.com, JAKARTA — Perolehan premi dari produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau lebih dikenal dengan unit-linked masih menjadi penyebab merosotnya premi di industri asuransi jiwa pada separuh pertama 2023.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat premi dari unit-linked terkoreksi hingga 24,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy)menjadi Rp42,56 triliun pada semester I/2023 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp56,71 triliun.

Berbeda dengan unit-linked, AAJI mencatat premi yang berasal dari produk tradisional meningkat 12 persen yoy dari Rp38,97 triliun menjadi Rp43,67 triliun pada semester I/2023.

Imbasnya, total pendapatan premi di industri asuransi jiwa terkoreksi hingga 9,9 persen yoy pada enam bulan pertama 2023. Nominalnya turun dari Rp95,68 triliun pada semester I/2022 menjadi Rp86,23 triliun pada periode yang sama 2023.

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan tergerusnya premi di unit-linked lantaran sejumlah perusahaan di industri asuransi jiwa masih menyesuaikan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor 5 Tahun 2023 tentang PAYDI yang telah aktif sejak Maret 2023.

“Ada beberapa anggota kami yang cepat menyesuaikan dan ada juga yang membutuhkan sedikit tambahan waktu,” ungkap Budi dalam Konferensi Pers Kinerja Industri Asuransi Jiwa Semester I/2023 di Jakarta, Kamis (24/8/2023).

Budi mengatakan ada komitmen kuat dari seluruh perusahaan asuransi jiwa untuk tetap bisa menyediakan produk pertanggungan atau perencanaan keuangan bagi masyarakat. Sehingga, lanjut dia, ketika produk unit-linked masih menyesuaikan SEOJK PAYDI, namun kebutuhan masyarakat tetap dijawab melalui produk tradisional. Hal ini membuat produk tradisional meningkat.

“Kami percaya ketika seluruh perusahaan asuransi jiwa yang memiliki pertanggungan atau produk PAYDi sudah sepenuhnya mengikuti SEOJK PAYDI, [premi] ini akan naik lagi,” ujarnya.

Di samping itu, Budi mengungkapkan AAJI saat ini juga tengah mencoba dan menyiapkan evaluasi terkait unit-linked. Dalam hal ini, AAJI akan menyampaikan evaluasi dan beberapa masukan kepada OJK.

“Karena kami percaya bahwa memang ada kebutuhan masyarakat yang dijawab lewat produk tradisional, tapi tetap ada sebagian masyarakat yang lain bagi siapa produk PAYDI itu lebih tepat,” tuturnya.

Porsi Turun

Sementara itu, pemain di industri asuransi jiwa mengungkap adanya pergeseran porsi premi unit-linked pada semester I/2023.

Perusahaan asuransi jiwa pelat merah, PT BNI Life Insurance atau BNI Life misalnya, yang mencatat porsi premi unit-linked dan tradisional perusahaan juga mengalami perubahan dari semester I/2022 ke semester I/2023.

Plt. Direktur Utama BNI Life Eben Eser Nainggolan mengatakan porsi unit-linked menurun dari 30 persen menjadi 23 persen pada semester I/2023.

“Sementara itu, premi yang berasal dari produk tradisional porsinya meningkat dari 70 persen menjadi 77 persen dari total pendapatan premi pada semester I/2023 sebesar Rp2,4 triliun,” kata Eben kepada Bisnis, Kamis (24/8/2023).

Ke depan, seiring dengan implementasi ketentuan baru SEOJK PAYDI di tahun ini, BNI Life melihat akan menjadi challenge terhadap penjualan produk unit-linked di pasar.

Kendati demikian, anak usaha PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) itu tetap optimis produk unit-linked masih diminati nasabah.

“Kami memprediksi komposisi atau porsi premi produk unit-linked dan tradisional tetap sama sampai dengan akhir tahun ini,” ungkapnya.

Nada yang sama juga diungkapkan PT Asuransi BRI Life (BRI Life). Perusahaan menyebut sampai dengan semester I/2023, porsi produk unit-linked turun dari sekitar 40 persen dari total APE di semester I/2022 menjadi di bawah 10 persen pada periode yang sama 2023. Adapun, total APE yang diraih BRI Life mencapai sekitar Rp1,72 triliun pada semester I/2023. 

Direktur Utama BRI Life Iwan Pasila mengatakan perusahaan dari tahun lalu memang fokus mengembangkan penetrasi dengan produk-produk proteksi yg sesuai dgn kebutuhan nasabah di setiap segmen di BRI.

“Kami terus mendorong penetrasi produk proteksi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai segmen sekaligus memitigasi risiko mis-selling pemasaran PAYDI pada segmen yang tidak tepat dan dipasarkan oleh tenaga pemasar yg tidak kompeten,” ungkap Iwan.

Di sisi lain, perusahaan asuransi jiwa PT Asuransi Jiwa BCA (BCA Life) menyampaikan bahwa perusahaan tidak memiliki produk unit-linked dan lebih berfokus pada produk tradisional.

“BCA Life sebenarnya kami konsentrasi ke produk tradisional. Jadi kami tidak memiliki unit-linked. Kami percaya bahwa proteksi is protection, jadi seluruh produk kami mengarah kepada tradisional,” kata Presiden Direktur & CEO BCA Life Christine Setyabudhi.

Christine mengatakan perusahaan membukukan pendapatan premi mencapai Rp890,04 miliar atau meningkat 17,85 persen yoy pada semester I/2023. Premi tersebut dikontribusi dari telemarketing yang mengambil porsi sekitar 60 persen.

“Kami happy dengan pencapaian itu, mengingat secara industri ada market contraction, ada penurunan secara industri, tapi kami tetap tumbuh positif,” ujar Christine.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper