Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BTPN Tbk. terus berupaya mengurangi sumber pendanaan berbiaya tinggi untuk menjaga rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) dan pendapatan bunga bersih, seiring dengan keputusan rapat dewan gubernur Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di level 5,75 persen.
Direktur Keuangan Bank BTPN Hanna Tantani menyebut pihaknya terus menggenjot dana murah alias Current Account Savings Account (CASA) dan mengurangi pendanaan dengan interest rate yang lebih tinggi, seperti term deposit dan borrowing, sembari terus mengoptimalkan jumlah pendanaan untuk mendukung pertumbuhan kredit.
“Hal ini juga dapat terlihat dari sisi cost of fund yang akan kami jaga. Tak hanya itu, kami pun meneruskan upaya untuk menambah produk-produk dan layanan nasabah, seperti retail bond, dan produk reksa dana & bancassurance untuk segmen wealth management,” katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat (1/9/2023).
Lebih lanjut, dia menyebut rencana Bank BTPN ke depannya adalah dengan menambah fitur-fitur baru Jenius, seperti Jenius Paylater, scan QRIS lewat jalur cepat di aplikasi Jenius, top-up Mandiri e-money dari aplikasi Jenius, Yay Points Jenius, perpanjangan jam operasional jual dan beli mata uang asing di aplikasi Jenius, dan Flexi Rasa Maxi di Jenius.
Bank BTPN juga akan terus mengembangkan fitur Jenius serta meningkatkan ekosistem Jenius dengan penambahan mitra dan pengembangan di aplikasi TOUCHBIZ di segmen usaha kecil menengah.
Berdasarkan laporan keuangan, BTPN mencatatkan peningkatan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) 4,02 persen yoy menjadi Rp5,95 triliun pada paruh pertama 2023.
Bank BTPN juga mencatat peningkatan pendapatan operasional (konsolidasi) sebesar 3 persen yoy, sementara Pre-Provision Operating Profit (PPOP) berada di level Rp3,32 triliun. Net interest margin (NIM) bank terjaga di 6.3 persen.
Pada kesempatan terpisah Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munanda memutuskan untuk menambah pencadangan kredit pada kuartal kedua tahun 2023 sebagai bagian dari antisipasi perseroan terkait proses restukturisasi nasabah korporasi dan sebagai bagian dari upaya mitigasi dari berakhirnya kebijakan stimulus Covid-19 dari pemerintah.
“Dengan penambahan pencadangan ini, biaya kredit meningkat sebesar Rp422 miliar, yang kemudian memengaruhi laba bersih setelah pajak Bank BTPN [konsolidasi]. Laba bersih setelah pajak yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat di level Rp1,46 triliun sepanjang semester I/2023 lebih rendah 13 persen yoy,” ujarnya pada keterbukaan informasi.
Tercatat, BTPN dan entitas anak telah membukukan laba bersih Rp1,68 triliun pada semester I/2023. Laba ini susut 12,95 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,93 triliun.
BTPN mencatatkan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross yang membaik dari 1,25 persen pada Juni 2022 menjadi 1,24 persen pada Juni 2023. Sementara, NPL nett meningkat dari 0,37 persen pada Juni 2022 menjadi 0,45 persen pada Juni 2023.
Dari sisi pendanaan, bank telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp107,33 triliun per Juni 2023, naik 4,03 persen yoy. Bank juga telah meraup dana murah atau current account savings account (CASA) sebesar Rp37,35 triliun dengan porsi 34,79 persen terhadap DPK.