Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Kinerja Saham Bank Syariah di Tengah Rencana Aksi Korporasi

Bagaimana proyeksi kinerja saham bank syariah di tengah rencana aksi korporasi dua bank syariah besar?
Nasabah bertransaksi di salah satu pusat anjungan tunai mandiri (ATM) Bank Syariah Indonesia di Jakarta, Senin (9/1/2022). /Bisnis-Arief Hermawan P
Nasabah bertransaksi di salah satu pusat anjungan tunai mandiri (ATM) Bank Syariah Indonesia di Jakarta, Senin (9/1/2022). /Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Bank-bank syariah di Indonesia diwacanakan menjalankan sejumlah aksi korporasi tahun ini. Bagaimana proyeksi kinerja sahamnya?

Bank syariah terbesar di Indonesia, yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) telah memberikan sinyal adanya aksi korporasi, salah satunya dari keterlambatan penyampaian laporan keuangan semester I/2023.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan lamanya waktu penyampaian laporan keuangan BSI itu karena bank mesti melakukan audit terlebih dahulu. Sementara, audit dilakukan seiring dengan rencana aksi korporasi.

"Kami melakukan audit laporan keuangan bulanan Juni karena ada arah acara divestasi. Tapi [divestasi] itu pemegang sahamnya kita, bukan kitanya," ujar Hery dalam acara Seminar Implementasi Governance, Risk & Compliance (GRC) Terintegrasi pada Perbankan Syariah di Era 4.0 beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, Hery juga mengungkapkan bahwa sejumlah pemegang saham BSI akan menjalankan divestasi sebagai upaya untuk memperbesar kepemilikan saham publik atau free float di BSI.

Dua pemegang saham yang akan lepas dari BSI adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI). Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) tetap bertahan. Bank Mandiri pun akan tetap menjadi pemegang saham pengendali dan pemerintah akan tetap memegang saham dwiwarna di BSI.

Tidak hanya BSI, aksi korporasi dilakukan oleh bank syariah tertua yakni PT Bank Muamalat Tbk. tahun ini. Direktur Utama Bank Muamalat Indra Falatehan mengungkapkan saat ini perseroan sedang menyiapkan aksi listing saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir tahun. 

Sebagaimana diketahui, Bank Muamalat telah menyandang status sebagai perusahaan terbuka sejak 1993, tetapi hingga kini sahamnya belum tercatat di Bursa.

Oleh karena itu, bank syariah pertama di Indonesia ini berencana listing. "Akhir tahun [listing], harapannya bisa terlaksana dengan baik. Saat ini sedang dilakukan penilaian [harga saham] oleh KJPP [Kantor Jasa Penilai Publik]," ujarnya saat berkunjung ke Kantor Bisnis Indonesia, pekan lalu (6/9/2023).

Jika Bank Muamalat telah resmi menjalankan aksi tersebut, perseroan akan menyusul empat bank syariah lainnya yang telah melantai di Bursa, yaitu PT Bank Panin Dubai Syariah (PNBS), PT BTPN Syariah (BTPS), BRIS, dan PT Bank Aladin Syariah (BANK).

Proyeksi Saham Bank Syariah 

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan di tengah aksi korporasi, emiten bank syariah memiliki outlook yang bagus. "[Aksi korporasi] bisa menjadi penopang harga sahamnya," kata Arjun kepada Bisnis pada Senin (11/9/2023).

Aksi korporasi BRIS misalnya menurut Arjun bisa membuka luang untuk independent investing dan untuk membesarkan dana bersumber penjual pengalihan dana dari pemegang saham BRI dan BNI. Selain itu fundamental emiten bank syariah juga menarik. Prospek bisnis pun dinilai bagus. 

Pada pembukaan perdagangan awal pekan ini (11/9/2023), harga BRIS berada di level Rp1.650. Secara year to date (ytd) harga saham BRIS naik 27,91 persen. BRIS direkomendasikan buy, dengan target harga di level Rp1.800.

Harga emiten bank syariah lainnya seperti BTPS dibuka di level Rp1.980 pada perdagangan awal pekan ini. Namun, harga saham BTPS turun 29,03 ytd.

Kemudian, PNBS mencatatkan harga saham di level Rp60 pada pembukaan perdagangan awal pekan ini. Harga saham PNBS turun 4,76 persen ytd.

Lalu, BANK mencatatkan harga saham di level Rp1.130 pada pembukaan perdagangan awal pekan ini. Harga saham BANK turun 20,49 persen ytd.

Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan prospek bisnis perbankan syariah sudah cukup bagus.

Hal ini terlihat dari masifnya perbankan syariah yang menggalakkan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkaitan dengan produk halal, seperti halal food, halal wisata, dan masih banyak lagi.

Namun, Amin melihat dari sisi pertumbuhan perbankan syariah secara market share belum begitu signifikan jika dibandingkan dengan konvensional.

Berdasarkan laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini, pangsa pasar bank syariah dibandingkan industri perbankan secara keseluruhan mencapai 7,09 persen pada 2022.

Maka dari itu, Amin mengingatkan bahwa perlu dorongan dari berbagai pihak untuk membuat bisnis syariah atau bank syariah menjadi sesuatu yang menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper