Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simpanan Korporasi di Bank Susut, Tanda Ekspansi?

Simpanan bank tercatat senilai Rp7.829,5 triliun atau tumbuh 6,4 persen yoy pada Agustus 2023, melambat dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,2 persen yoy.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Simpanan perbankan atau himpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami perlambatan pada Agustus 2023. Kondisi ini utamanya didorong oleh nasabah korporasi.

Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar Agustus 2023 yang dirilis Bank Indonesia (BI) menyatakan simpanan bank tercatat senilai Rp7.829,5 triliun atau tumbuh 6,4 persen yoy. Pertumbuhan ini melambat dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,2 persen yoy.

"Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK korporasi [8,2 persen yoy] dan perorangan [5,2 persen yoy]," demikan dikutip dari laporan BI.

Lebih rinci, simpanan dari nasabah korporasi melambat dari 10,8 persen yoy pada Juli 2023 menjadi 8,2 persen yoy. Sementara, nasabah perseorangan tumbuh dari 4,2 persen yoy menjadi 5,2 persen yoy.

Untuk nasabah lainnya, mencakup pemda, koperasi, yayasan, dan swasta lainnya mencatatkan simpanan yang stabil di angka 7 persen yoy.

Nasabah korporasi juga mencatatkan perlambatan di seluruh jenis simpanan, yaitu tabungan dari 3,9 persen yoy menjadi 1,6 persen yoy. Lalu, giro dari 13,0 persen yoy menjadi 9,6 persen yoy dan deposito dari 6,3 persen yoy menjadi 5,0 persen yoy.

Nasabah perseroan menunjukkan pertumbuhan deposito dari 7,8 persen yoy menjadi 10,7 persen yoy, giro dari minus 0,7 persen yoy menjadi 0,6 persen yoy, sedangkan tabungan stabil di angka 2,5 persen.

Secara total, giro tumbuh 9,6 persen yoy setelah bulan sebelumnya tumbuh 13,0 persen yoy, tabungan tumbuh sebesar 2,6 persen yoy dari sebelumnya 2,9 persen yoy. Sementara deposito tumbuh 7,5 persen yoy dari sebelumnya 6,8 persen yoy.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menilai perlambatan DPK bank adalah suatu yang wajar, di mana ini bukan pertanda buruk bagi ekonomi Indonesia.

Dia menyebut penurunan ini bisa menjadi tanda masyarakat mungkin lebih cenderung untuk berbelanja atau mengalihkan dana mereka ke bentuk investasi atau pengeluaran lainnya daripada menyimpannya di perbankan.

"Ini mungkin suatu proses pengembalian ke level yang normal. Dulu kan sebelum krisis kan di 6 persenan [DPK]. Sekarang mungkin bergerak ke arah sana. Mungkin biasanya ada overshoot, nanti stabil lagi. Tapi ini tidak menggambarkan keadaan memburuk. Mungkin sebaliknya sebagian orang lagi belanja," katanya pada Senin (14/8/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper