Dampak Psikologis
Berdasarkan pendekatan psikologis, Psikolog Samanta Ananta membenarkan adanya fenomena generasi muda memanfaatkan pinjol untuk kegiatan yang kurang produktif, bahkan karena sekadar kalap.
Misalnya, menyediakan kemudahan akses untuk mencicil barang atau hadir ke acara yang hanya didasarkan keinginan untuk up to date, juga mengakomodasi kemudahan untuk self reward yang melebihi kemampuan, seperti karena kecanduan bermain game atau dorongan belanja impulsif.
"Kemudahan teknologi tidak selalu memberikan dampak yang baik, terutama bagi individu yang self control-nya kurang baik, seperti mudah terpengaruh iklan, mudah terbawa tren lingkungan sosial, dan tergoda uang gampang," ujarnya kepada Bisnis.
Oleh sebab itu, Samanta menekankan bahwa perbaikan kontrol diri merupakan prioritas bagi seluruh anak muda di Tanah Air. Jangan sampai kemudahan pinjol ujung-ujungnya justru mengganggu kesehatan mental, bahkan sampai membawa pola pikir korban untuk punya niat kabur dan lepas dari tanggung jawab.
Senada, Penasihat Keuangan dari PINA Evelin Candratio mencermati adanya fenomena anak muda yang cenderung menyerah dan lepas dari tanggung jawab mencicil utangnya di platform pinjol.
Biasanya, kondisi tersebut berawal dari penggunaan pinjol sembarangan, kemudian mengalami keterlambatan mencicil, sehingga mulai mencoba praktik gali lubang tutup lubang dari pinjol lain.
Akhirnya, mereka pun terjebak dengan utang menumpuk beserta biaya-biaya dendanya, sampai nilai total utangnya melebihi kemampuan mereka.
"Tapi jangan sampai punya pikiran untuk gagal bayar, karena perilaku ini merugikan diri sendiri dan orang terdekat. Harus berpikir jangka panjang. Buka komunikasi dengan keluarga atau orang terdekat untuk mengidentifikasi utang, dan jangan malu minta bantuan. Bisa repot nanti kalau sejak masih muda saja sudah sulit dipercaya sama lembaga keuangan, karena semua rencana hidup ke depan pasti ada hubungannya dengan financial planning," tutupnya.