Bisnis.com, JAKARTA— PT Asuransi Allianz Life Indonesia atau Allianz Life Indonesia melihat bahwa kebutuhan akan produk asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) atau unit-linked masih cukup tinggi.
Meskipun, tren produk-produk tradisional mendapatkan porsi pertumbuhan yang lebih besar dari nasabah ataupun calon nasabah.
Direktur & Chief Financial Officer Allianz Life Indonesia Edwin Prayitno mengatakan hal tersebut terlihat dari penjualan produk unit-linked Allianz Life Indonesia yang mencapai Rp1,4 triliun sampai kuartal II/2023.
“Meskipun secara industri terdapat pergeseran, di mana pertumbuhan bisnis di semester pertama didominasi oleh produk-produk tradisional yang mampu memberikan kontribusi peningkatan dari 20% menjadi 27%,” kata Edwin kepada Bisnis, Kamis (19/10/2023).
Dia menambahkan pihaknya menyadari bahwa setiap nasabah memiliki kebutuhannya masing-masing, termasuk kebutuhan akan proteksi yang dibarengi dengan investasi.
Hal tersebut menjadi salah satu faktor pendorong kebutuhan asuransi unit-linked masih terbilang cukup tinggi di kalangan masyarakat, terlebih dengan didorongnya pertumbuhan ekonomi yang bergerak positif selama 2023.
Baca Juga
“Allianz Indonesia berupaya memenuhi kebutuhan nasabah yang beragam dengan menyediakan berbagai produk asuransi jiwa, baik asuransi jiwa tradisional maupun asuransi unit-linked,” katanya.
Edwin menambahkan bahwa produk asuransi jiwa unit-linked menawarkan fleksibilitas dan pilihan perlindungan lebih lengkap, sehingga nasabah dapat menyesuaikan dengan kebutuhannya.
Namun demikian, pembelian produk tersebut juga harus disesuaikan juga dengan profil risiko nasabah. Menurutnya, nasabah perlu memahami betul terkait dengan produk unit-linked yang memiliki unsur investasi.
“Tentu saja fungsi utama dari produk asuransi jiwa unit-linked adalah untuk proteksi dan unsur investasi menjadi pelengkap. Hal inilah yang penting untuk dipahami nasabah ketika tenaga pemasar menjelaskan kriteria produk Allianz,” ungkapnya.
Berdasarkan data yang diungkap Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), produk tradisional mengambil alih pendapatan premi di industri asuransi jiwa yang mulanya digerakkan oleh produk unit-linked.
Pada semester I/2023, premi industri asuransi yang berasal dari produk tradisional meningkat 12 persen menjadi Rp43,67 triliun dari sebelumnya Rp38,97 triliun.
Sementara itu, premi unit-linked terkoreksi hingga 24,9%, menjadi Rp42,56 triliun pada semester I/2023 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp56,71 triliun. Ada gap sekitar Rp1,11 triliun antara produk tradisional dan unit-linked.
Adapun, total pendapatan premi industri asuransi jiwa mencapai Rp86,23 triliun pada periode yang sama 2023. Angka tersebut terkoreksi hingga 9,9 persen dari sebelumnya Rp95,68 triliun pada semester I/2022.