Bisnis.com, JAKARTA — Pakar menilai dominasi produk tradisional asuransi terus berlanjut sampai akhir tahun dibandingkan Produk Yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) atau unit-linked. Semakin dominannya produk asuransi tradisional ini sehubungan sentimen positif akan penjaminan risiko.
“Kami harapkan berlanjut juga pada tahun depan, karena ini sesuai harapan industri yang akan mengembalikan harfiahnya asuransi sebagai proteksi,” kata Praktisi Manajemen Risiko dan Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahyudin Rahman kepada Bisnis, Rabu (18/10/2023).
Wahyudin mengatakan kondisi ini baik bagi industri. Pasalnya produk asuransi tradisional membuat perusahaan asuransi lebih sehat ke depannya. Dia mengatakan, jikapun perusahaan asuransi memiliki produk unit-linked, porsinya diharapkan tidak sampai 50%.
Kendati demikian, Wahyudin mengatakan perlu banyak data industri untuk melihat tren pada 2024. Termasuk statistik kuartal III/2023 dan kondisi makro ekonomi di tengah tahun politik untuk melihat apakah produk trasional akan mendominasi kembali pada 2024.
“Namun menurut saya kan produk berbasis proteksi dan reguler akan tetap unggul,” tandasnya.
Berdasarkan data yang diungkap Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), produk tradisional mengambil alih pendapatan premi di industri asuransi jiwa yang mulanya digerakkan oleh produk unit-linked.
Baca Juga
Pada semester I/2023, premi industri asuransi yang berasal dari produk tradisional meningkat 12% menjadi Rp43,67 triliun dari sebelumnya Rp38,97 triliun. Sementara itu, premi unit-linked terkoreksi hingga 24,9%, menjadi Rp42,56 triliun pada semester I/2023 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp56,71 triliun. Ada gap sekitar Rp1,11 triliun antara produk tradisional dan unit linked.
Adapun total pendapatan premi industri asuransi jiwa mencapai Rp86,23 triliun pada periode yang sama 2023. Angka tersebut terkoreksi hingga 9,9 persen dari sebelumnya Rp95,68 triliun pada semester I/2022.