Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hari Asuransi 2023, OJK Jabarkan Penyebab Penetrasi Masih Rendah

Otoritas Jasa Keuangan menyebut rendahnya penetrasi asuransi di Tanah Air karena belum terbangunnya kepercayaan dari masyarakat atas industri.
Karyawan memotret logo-logo asuransi jiwa di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Jakarta pada Jumat (25/8/2023). / Bisnis-Abdurachman
Karyawan memotret logo-logo asuransi jiwa di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Jakarta pada Jumat (25/8/2023). / Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti rendahnya tingkat penetrasi industri asuransi di Indonesia yang hanya mencapai 2,7% terkait kondisi internal industri.

Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Djonieri mengatakan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap asuransi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya penetrasi di Indonesia.

Trust-nya kurang, brokernya masih ada tapi kecil, penentuan preminya tidak sesuai dengan yang sebenarnya, kemudian masalah modal. Jadi banyak faktornya,” kata Djonieri dalam acara Hari Asuransi di Jakarta, Rabu (18/10/2023).

Berbeda dengan Indonesia, Djonieri menuturkan bahwa tingkat penetrasi asuransi di Singapura mencapai 13%. Sementara itu, Thailand mencatatkan tingkat penetrasi sekitar 4% dan Malaysia 7%-8%.

“Penetrasi itu rumusnya premi dibagi GDP kita. Jadi berapa sih masyarakat kita mengeluarkan uang untuk membeli asuransi. Kenapa itu sangat rendah? Masalahnya mungkin karena gaji,” ujarnya.

Djonieri menyebut bahwa saat ini posisi industri perasuransian tengah berada di bawah titik nadir. Berbeda dengan industri perbankan yang sudah lebih dahulu mengalami titik nadir pada saat krisis 1997–1998.

Mengacu kepada literasi dan inklusi pada hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK pada 2022, literasi pada sektor perasuransian berada pada level 31,72% sedangkan inklusi pada level 16,63%.

Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Rudy Kamdani mengatakan bahwa angka ini masih sangat perlu ditingkatkan untuk mengimbangi perbankan. Sebab, literasi pada sektor perbankan mencapai 49,93% dan inklusi pada level 74,03%.

“Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk terus meningkatkan inklusi di industri perasuransian,” ungkapnya.

Menurut Rudy, memperkenalkan dan memasyarakatkan Hari Asuransi merupakan sebuah tantangan, penyebabnya adalah masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat terhadap asuransi.

Adapun, Pelaksanaan Hari Asuransi 2023 Rio Darante berkomitmen untuk melakukan rangkaian kegiatan berkolaborasi dengan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dengan harapan dapat meningkatkan perluasan inklusi perasuransian kepada sektor UMKM.

“Diharapkan kepercayaan masyarakat menjadi tumbuh dan menjadi harapan bersama edukasi dan literasi keuangan, khususnya asuransi dapat lebih ditingkatkan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper