Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa kebijakan wajib menempatkan di perbankan dalam negeri dolar dari Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) belum dapat dikatakan berhasil atau tidak dalam menjaga stabilitas rupiah.
Dirinya menyebutkan, kebijakan yang baru berjalan sejak Agustus 2023 baru akan dievaluasi kinerjanya dalam waktu dekat.
“Ini [DHE] kan baru mulai, evaluasi akan dilakukan, secepatnya,” ujarnya di Jakarta, Selasa (24/10/2023).
Menurutnya, saat ini Indonesia menghadapi strong dollar atau penguatan dolar, bukan pelemahan rupiah.
“Ini kan penguatan USD, bukan hanya Indonesia, berbagai negara mengalami. Dari sisi index, dolar sudah menguat kepada berbagai currency sebesar 7%, kita [Indonesia] kan sekitar 2%,” lanjutnya.
Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), nilai outstanding DHE yang diparkir melalui instrument term deposit (TD) valas mencapai US$1,33 miliar per September 2023. Jumlah tersebut naik drastis jika dibandingkan dengan outstanding pada Agustus 2023 yang hanya sebesar US$568 juta.
Baca Juga
Sementara untuk rupiah, mengacu data Bloomberg pukul 15.10 WIB, rupiah terus melanjutkan penguatan ke Rp15.849 per dolar AS atau naik 0,53% dari posisi sebelumnya.
Meski demikian, di tengah penguatan nilai mata uang rupiah, indeks dolar AS terpantau masih perkasa pada posisi 105,59 atau menguat 0,06%.
Adapun, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia juga ditutup menguat pada akhir perdagangan hari ini. Misalnya seperti yen Jepang yang menguat 0,18%, kemudian dolar Singapura menguat 0,09%, yuan China naik 0,03%, serta ringgit Malaysia yang terapresiasi 0,19%.
Dalam menjaga stabilitas rupiah, BI terus melakukan penguatan strategi operasi moneter untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebagai instrumen moneter yang pro-market.
Selain itu, BI juga meluncurkan dua instrument baru, yakni Penerbitan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) sebagai upaya menarik portfolio inflows, dengan mengoptimalkan aset surat berharga dalam valuta asing yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying.