Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Tengah Kabar Akuisisi oleh Induk BNGA atau BCIC, Bank Commonwealth Catatkan Kerugian Membengkak

PT Bank Commonwealth melaporkan lonjakan kerugian di tengah kabar aksi korporasi akuisisi oleh induk BCIC atau BNGA.
Bank Commonwealth di Indonesia
Bank Commonwealth di Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA -- Kabar transaksi akuisisi unit usaha dari Commonwealth Bank of Australia (CBA) di Indonesia yakni PT Bank Commonwealth tengah bergulir. Seiring dengan kabar tersebut, Bank Commonwealth membukukan rugi yang membengkak pada kuartal III/2023.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dikutip Minggu (5/11./2023), Bank Commonwealth mencatatkan rugi bersih sebesar Rp415,83 miliar pada kuartal III/2023, membengkak lima kali lipat lebih atau 452,08% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp75,32 miliar.

Membengkaknya rugi bersih bank didorong oleh turunnya pendapatan bunga 9,35% yoy menjadi Rp734,47 miliar. Di sisi lain, beban bunga membengkak 13,94% yoy menjadi Rp298,89 miliar.

Alhasil, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Bank Commonwealth susut 20,5% yoy menjadi Rp435,57 miliar.

Pendapatan berbasis komisi atau fee based income juga turun 37,05% yoy menjadi Rp168,2 miliar. Selain itu, pendapatan lainnya turun 32,72% yoy menjadi Rp61,02 miliar.

Adapun, Bank Commonwealth mencatatkan pembengkakan beban tenaga kerja dari Rp461,95 miliar pada kuartal III/2022 menjadi Rp543,65 miliar pada kuartal III/2023. Beban operasional selain bunga bersih juga membengkak dari Rp623,38 miliar menjadi Rp909,74 miliar. 

Alhasil, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Bank Commonwealth naik dari 106,04% menjadi 144,77%. Semakin besar rasio BOPO menunjukkan semakin tidak efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.

Dari sisi intermediasi, Bank Commonwealth masih mencatatkan penyaluran kredit Rp8,48 triliun pada kuartal III/2023, namun turun 9,49% yoy. Aset juga susut 11,3% menjadi Rp16,55 triliun. 

Kualitas kredit bank juga memburuk. Tercatat, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross Bank Commonwealth naik dari 1,71% pada September 2022 menjadi 1,95% pada September 2023. NPL nett naik dari 1,04% menjadi 1,08%.

Dari sisi pendanaan, Bank Commonwealth meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp11,15 triliun pada kuartal III/2023, namun turun 10,87% yoy.

Memburuknya kinerja keuangan Bank Commonwealth ini terjadi di tengah kabar transaksi akuisisi yang masih bergulir. Sebagaimana diketahui, pada akhir November tahun lalu, Commonwealth Bank of Australia sebagai induk dari Bank Commonwealth dikabarkan tengah mempertimbangkan menjual unit usaha perbankannya itu di Indonesia.

Kala itu, berdasarkan laporan Bloomberg, sejumlah sumber yang enggan disebutkan namanya mengatakan, aksi penjualan unit usaha Commonwealth Bank di Indonesia akan membantu salah satu bank terbesar di Australia untuk mendapatkan dana segar tambahan.

Selain itu, langkah itu juga menjadi strategi perusahaan untuk keluar dari pasar non-intinya. Bahkan, manajemen CBA disebut-sebut sedang berkomunikasi dengan beberapa penasihat keuangan untuk meminta masukkan terkait dengan aksi korporasinya di Indonesia itu.

Sejumlah calon pembeli pun bermunculan. Seperti dilaporkan oleh Reuters, Selasa (31/10/2023), bank asal Malaysia yakni CIMB berminat untuk bersaing mengakuisisi Bank Commonweatlh. Adapun, CIMB Group merupakan induk sekaligus pemegang saham pegendali dari PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA).

Selain CIMB, minat untuk mengakuisisi bank tersebut, dikabarkan juga muncul dari J Trust asal Jepang. Di Indonesia J Trust telah memiliki unit usaha perbankan melalui PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC).

Pada Maret 2023, sempat tersiar juga kabar bahwa perusahaan asal India dan Taiwan disebut-sebut ingin mengambil alih Bank Commonwealth.

Perusahaan asal India tersebut adalah Bajaj Finance Ltd. Sebagai informasi, Bajaj Finance merupakan perusahaan jasa keuangan non-bank yang berkantor pusat di Pune, India. Perusahaan tersebut berfokus pada layanan kredit, manajemen aset, manajemen kekayaan dan asuransi.

Sementara itu, perusahaan asal Taiwan yang dikabarkan berminat adalah Cathay Financial Holding Co. Perusahaan tersebut, tercatat memiliki tentakel di perbankan Indonesia lewat PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA). Per 30 September 2023, kepemilikah sahamnya di MAYA sebesar 2,29 miliar lembar saham atau setara dengan 19,26%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper