Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir kuartal III/2023 mencapai US$393,7 miliar atau sekitar Rp6.180 triliun. Bank Indonesia melaporkan jumlah utang luar negeri ini mengalami penurunan tipis dibandingkan posisi Juni 2023 sebesar US$396,5 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan jumlah utang luar negeri Indonesia dalam kategori sehat. Menurutnya, penarikan utang dari luar negeri dan pengelolaannya telah menjalankan prinsip kehati-hatian.
“ULN Indonesia pada kuartal III/2023 tetap terkendali sebagaimana tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto [PDB] yang turun menjadi 28,9%, dari 29,3% pada kuartal sebelumnya,” katanya melalui keterangan resmi, Rabu (15/13/2023).
Erwin menjelaskan, utang luar negeri Indonesia didominasi obligasi jangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,6% dari total utang.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, imbuhnya, BI dan pemerintah akan terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
“Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian,” katanya.
Baca Juga
Adapun, posisi ULN pemerintah pada akhir kuartal III/2023 tercatat sebesar US$188,3 miliar, turun dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya sebesar US$192,5 miliar, atau secara tahunan tumbuh sebesar 3,3% yoy.
Penurunan posisi ULN pemerintah, kata Erwin, dipengaruhi oleh perpindahan penempatan dana investor nonresiden pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen lain seiring dengan volatilitas di pasar keuangan global yang meningkat.
Pemerintah dalam hal ini berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara hati-hati, efisien, dan akuntabel.
Pemanfaatan ULN, kata Erwin, juga terus diarahkan untuk fokus mendukung upaya pemerintah dalam pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas, sehingga mampu menopang dan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap solid di tengah meningkatnya ketidakpastian kondisi perekonomian global.
Sementara itu, posisi ULN swasta pada akhir kuartal III/2023 tercatat sebesar US$196,0 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya sebesar US$194,6 miliar.
Secara tahunan, ULN swasta kembali mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,8% (yoy), melanjutkan kontraksi pada kuartal II/2023 sebesar 5,3% yoy.
Kontraksi pertumbuhan ULN swasta utamanya bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 3,5% (yoy) dan 3,9% (yoy).