Bisnis.com, JAKARTA - Produk ekspor Indonesia terus berkembang. Tidak hanya barang mentah seperti migas dan batu bara, produk ekspor dari Tanah Air juga mencakup produk olahan seperti kosmetik, elektronik, hingga olahan turunan minyak sawit, oleokimia. Di saat yang sama, untuk menggerakkan industri di Tanah Air, para pengusaha melakukan impor bahan baku dan mesin.
Badan Pusat Statistik mencatat, ekspor Indonesia mencapai US$214,41 miliar atau setara Rp3.429.61 triliun (kurs bank Indonesia 31 Desember 2023: Rp15.995,58) sepanjang Januari-Oktober 2023, sedangkan pada periode yang sama Indonesia melakukan impor US$183,19 milar. Produk impor ini pada tiga besar terdiri dari mesin mekanis (US$26,49 miliar), perlengkapan elektrik (US$21,61 miliar), hingga besi dan baja (US$9,44 miliar).
Besarnya kontribusi perdagangan ekspor dan impor, maka dibutuhkan perbankan jangkar skala internasional namun beroperasi luas di Tanah Air.
Peneliti Ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendi Manilet mengatakan besarnya putaran perdagangan ekspor dan impor Indonesia ini membutuhkan perbankan yang memiliki jaringan dan pengalaman global yang kuat.
“Selain penyaluran kredit, bank juga bisa menjadi semacam analis bagi beragam pelaku usaha untuk memetakan potensi dan risiko yang kemudian dapat muncul dalam suatu aktivitas perdagangan internasional,” jelas Yusuf.
Menurut dia, dukungan perbankan yang menyeluruh dari hulu hingga hilir mendampingi pelaku usaha akan membantu pebisnis mengambil keputusan yang lebih baik. Bank berskala global juga dapat menjalankan peran sebagai jembatan multilateral antara Indonesia dan negara-negara yang memiliki nilai perdagangan yang relatif masih kecil namun memiliki peluang untuk ditingkatkan terutama di Asia.
Meski demikian, Yusuf mengingatkan perdagangan internasional juga memiliki tantangan, di antaranya risiko kredit dari kemampuan debitur untuk membayar kredit, kondisi perekonomian global yang bisa berubah sewaktu-waktu, kebutuhan kredit dari beragam lapangan usaha, hingga perbedaan hukum dan peraturan tentang ekspor impor di negara-negara tujuan ekspor.
“Analisisnya [yang dibutuhkan] tentu saja akan lebih dalam dibandingkan dengan membiayai aktivitas ekonomi dalam negeri, tetapi hal itu sangat mungkin terjadi bagi bank yang memiliki kapasitas global,” katanya.
Seperti diketahui, saat ini salah satu ruang bagi pelaku usaha Indonesia untuk melakukan perdagangan internasional melalui Indo-Pacific Economic Framework (IPEF). Kerja sama ini mencakup perdagangan saling menguntungkan antara Indonesia, ASEAN, dan negara-negara Indo Pasifik.
Potensi yang dapat dioptimalkan misalnya meningkatkan hubungan dagang jangka panjang dengan salah satu negara yang juga mitra strategis yakni Jepang. Pada 2022, kerja sama bilateral antara Indonesia dan Jepang di sektor perdagangan mencapai US$34,79 miliar atau meningkat 33,35% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pada 2022, Indonesia juga mencapai surplus perdagangan tertinggi dengan Jepang hingga US$6,3 miliar atau melonjak 15,5% dari nilai surplus pada 2021.
Potensi ini tidak hanya dari perdagangan, namun juga sektor jasa. Di Indonesia misalnya terdapat program event akbar Jak-Japan Matsuri yang diselenggarakan rutin sejak 2009. Setelah 2 tahun vakum akibat Covid-19, pada 2022 lalu kembali digelar. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan pelaku usaha untuk memahami budaya di negara Jepang. Pemahaman budaya calon negara mitra akan membuat transaksi perdagangan lebih lancar.
Kegiatan ini sejalan dengan ajakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno untuk memperkuat kolaborasi dan kerja sama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan Jepang. Sektor ekonomi kreatif juga diyakini membuka lebih banyak peluang investasi di Indonesia.
Upaya memperkuat kolaborasi budaya melalui Jak-Japan Matsuri untuk memudahkan transaksi ekonomi dan budaya antara Indonesia dan Jepang turut didukung oleh Danamon, bersama dengan Adira Finance dan MUFG Bank. Hal ini karena Danamon dan Adira Finance merupakan bagian dari grup MUFG, salah satu grup jasa keuangan terbesar di dunia dan bank utama di Jepang.
Sebagai bagian dari MUFG, Danamon memiliki keunikan yaitu akses terhadap keahlian dan jaringan global MUFG untuk memberikan solusi keuangan komprehensif di seluruh segmen dan rantai nilai termasuk ekosistem industri otomotif, khususnya dengan produsen besar dari Jepang dan multinasional sebagai jangkar, serta real estate melalui kemitraan dengan pengembang properti Jepang agar Danamon dapat menjadi penyedia solusi KPR pilihan nasabahnya.
Daisuke Ejima, Direktur Utama Danamon mengatakan bahwa dukungan Danamon bersama MUFG dan Adira Finance terhadap Jak-Japan Matsuri sebagai wadah penguatan hubungan dan kolaborasi Indonesia dan Jepang mencerminkan sinergi di antara grup ini, yang saling melengkapi untuk menciptakan solusi keuangan komprehensif bagi setiap segmen nasabah.
“Danamon sebagai hybrid bank memiliki posisi unik yang dapat menggabungkan pengalaman serta jaringan lokal Danamon yang kuat bersama Adira Finance sebagai anak perusahaan, dan didukung oleh jaringan global serta kapabilitas luas dan berskala internasional yang dimiliki MUFG,” kata dia.