Bisnis.com, JAKARTA -- Persaingan bank digital di Tanah Air makin sengit menjelang tutup tahun 2023. Apalagi, melihat sejumlah bank digital yang makin agresif memperbesar porsi dana murah atau current account savings accounts (CASA).
Dana murah memang terus diincar, hal ini lantaran porsian yang besar dinilai mampu mendongrak bank menjadi lebih lincah dalam meningkatkan profitabilitas.
Lengkapnya, hal ini dilakukan agar beban bunga perbankan makin ringan, sehingga margin bunga bersih terjaga dan akan membuat langkah bank lebih ringan dalam mencetak laba. Sayangnya, kebanyakan bank digital memiliki rasio CASA di bawah rata-rata industri.
Melansir data Statistik Perbankan Indonesia September 2023, total Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan mencapai Rp8.147,17 triliun, di mana sebanyak 61,97% merupakan dana murah
Berdasarkan catatan OJK, lebih rinci, untuk KBMI I membukukan DPK Rp990,57 triliun dengan rasio CASA 45,03%, lalu KBMI II mencatatkan Rp926,22 triliun dengan komposisi CASA 49%. Kemudian KBMI III mencatat DPK Rp1.984,07 triliun dengan CASA 52,77%.
Baca Juga
Adapun, dalam periode yang sama, KBMI IV alias bank jumbo membukukan total DPK Rp4.246,3 triliun dengan porsi dana mahal atau deposito hanya 26,96%, di mana sisanya merupakan dana murah (CASA) yang terdiri dari giro dan tabungan sebesar 73,04%.
Porsi Dana Murah di Bank Digital
Sedangkan, berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, pada kuartal III/2023 sejumlah bank digital tercatat masih memiliki porsi CASA di bawah 30%.
Misalnya, bank digital milik konglomerat Chairul Tanjung PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) yang mencatat rasio porsi CASA 12,96% dari total DPK sebesar Rp4,89 triliun per September 2023.
Lalu, PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) yang memiliki DPK sebesar Rp7,07 triliun dengan porsi CASA 25,03% per September 2023. Disusul oleh PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) yang tercatat memiliki porsi CASA 27,04% dari total DPK sebesar Rp15,3 triliun per September 2023.
Di sisi lain, sejumlah bank digital terpantau sudah mendekati level rasio CASA 35%, seperti PT Bank Digital BCA alias Blu yang menjaring simpanan mencapai Rp8,56 triliun dengan porsi CASA 33,4% dan PT Bank Hibank Indonesia (Hibank) yang memperoleh rasio CASA 32,66% dari total DPK Rp9,35 triliun pada kuartal III/2023.
Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama Bank Neo Commerce Aditya Windarwo mengatakan perseroan memperhatikan bahwa pada awalnya nasabah Bank Neo Commerce menggunakan aplikasi Neobank untuk menabung dan berinvestasi di deposito karena tertarik dengan suku bunga yang kompetitif.
Akan tetapi, menurutnya kini suku bunga itu bukan lagi menjadi faktor pendorong daya tarik nasabah, namun juga soal kelengkapan fitur yang ditawarkan perbankan.
"Seiring berjalannya waktu, nasabah makin sadar bahwa layanan-layanan keuangan dan fitur BBYB makin lengkap dan sangat membantu nasabah dalam melakukan transaksi keuangan sehari-hari,” kata Aditya dalam keterangan tertulis.
Misalnya, untuk nasabah korporasi, pihaknya meluncurkan BNC Payroll pada awal tahun 2023. Lalu, untuk nasabah individu dan UMKM, BBYB meluncurkan dua layanan terbaru, yaitu wealth management serta Neo Bisnis pada kuartal pertama tahun ini
Hal serupa juga dilakukan Bank Raya yang memilih untuk mengandalkan ekosistem BRI Group, PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) sembari mengandalkan inovasi produk, seperti fitur Saku Jaga Optimal di aplikasi Raya.
Mengenai capaian CASA bank digital, sebenarnya tidak semua bank digital memiliki porsian yang rendah. Di mana, PT Bank Jago Tbk. (ARTO) meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp10,3 triliun, tumbuh 41% yoy. Dana murah atau current account saving account (CASA) mendominasi komposisi DPK sebesar 73% per September 2023.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan di tengah likuiditas yang mengetat, tak ayal membuat bank berlomba mengejar DPK dari deposito walau dengan konsekuensi biaya dana yang lebih tinggi.
Pasalnya, untuk mengejar CASA, kata Trioksa, butuh waktu yang tidak sedikit untuk mendapat kepercayaan masyarakat dalam menempatkan dananya di bank.
“Apalagi dengan situasi ekonomi saat ini, di mana masyarakat cenderung menggunakan simpanan di bank untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya pada Bisnis, Rabu (13/12/2023).
Menurutnya, yang perlu dilakukan bank digital adalah dengan membuat program yang menarik nasabah ritel, sehingga masyarakat tertarik menempatkan dananya di bank.
“Untuk Bank Jago, mengapa pihaknya mengalami peningkatan dana murah, karena terdapat tambahan dari kerja sama dan ekosistem berbagai pihak terkait keuangan seperti Bibit hingga GoPay,” tuturnya.