Bisnis.com, JAKARTA — Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek menargetkan dana investasi sebesar Rp810 triliun pada 2024.
Adapun pada November 2023, dana investasi yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan telah mencapai Rp698,813 triliun.
“Pada akhir tahun 2024 target dana investasi BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp810 triliun,” kata Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan Edwin Ridwan kepada Bisnis, Kamis (14/12/2023).
Edwin mengatakan komposisi portofolio investasi BPJS Ketenagakerjaan tersebut telah mempertimbangkan kesesuaian terhadap regulasi yang berlaku dan potensi return yang optimal dengan tingkat risiko yang dapat diterima (acceptable risk), serta mengantisipasi perkembangan makro ekonomi ke depan.
“Penempatan aset investasi akan tetap besar pada instrumen fixed income, diikuti penempatan pada instrumen lainnya, seperti deposito, saham dan reksa dana,” ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa BPJS Ketenagakerjaan juga memperhatikan pertumbuhan ekonomi (GDP) Indonesia yang solid sekitar 5% dan posisi negara eksportir komoditas.
Baca Juga
Menurut Edwin, situasi ini ke depannya akan menguntungkan (favourable) bagi pasar modal Indonesia.
“Untuk pasar saham diperkiraan akan positif di semester II/2024. Oleh karena itu untuk memanfaatkan momentum tersebut, terdapat potensi untuk menambah alokasi di instrumen saham,” ungkapnya.
BPJS Ketenagakerjaan mencatat, per 30 November 2023, penempatan aset paling banyak dialokasikan pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN). Portofolio investasi di instrumen SBN mencapai Rp478,56 triliun atau setara 68,48% dari total portofolio BPJS Ketenagakerjaan pada periode tersebut.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga menempatkan instrumen deposito sebesar 12,48% atau setara dengan Rp87,20 triliun. Sedangkan instrumen saham hanya 8,98% atau Rp62,78 triliun.
Lalu, mengekor reksa dana senilai Rp37,15 triliun atau 5,32% dari keseluruhan portofolio BPJS Ketenagakerjaan. Diikuti surat utang korporasi sebesar 4,37% atau Rp30,51 triliun, serta investasi langsung sebesar 0,37% atau Rp 2,58 triliun.