Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap menahan suku bunga acuan pada level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 20 dan 21 Desember 2023.
Keputusan ini menyusul kebijakan the Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS), yang mempertahankan suku bunga pada tingkat 5,25-5,5% pada pekan lalu.
Chief Economist Bank Syariah Indonesia Banjaran Surya Indrastomo menyampaikan bahwa arah kebijakan suku bunga BI akan mengikuti the Fed, terutama untuk menjaga differential rate.
The Fed juga telah memberi sinyal pemangkasan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) sebanyak tiga kali pada 2024.
“Dengan berubahnya tonase Fed dan rencana adjust down, kita proyeksikan BI akan menyesuaikan dengan memastikan competitivenes yield surat berharga,” katanya kepada Bisnis, Rabu (20/12/2023).
Di sisi lain, Banjaran berpandangan bahwa BI tetap memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga acuan, khususnya menimbang nilai tukar rupiah yang masih mengalami tekanan akibat masih tingginya ketidakpastian global.
Baca Juga
“Suku bunga selalu ada potensi naik mengingat uncertainty global masih ada terutama geopolitik, tapi proporsinya mild sekarang,” jelasnya.
Senada, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menilai bahwa BI masih berpotensi menahan suku bunga acuan pada level 6% pekan ini.
Menurutnya, BI akan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar rupiah yang masih sangat dipengaruhi oleh tingginya volatilitas pasar keuangan global. “BI akan hold dulu mengingat nilai tukar pergerakannya juga masih rentan,” katanya.
Sementara itu, Faiz menilai arah kebijakan suku bunga BI ke depan akan menunggu langkah the Fed seiring juga masih adanya ketidakpastian terkait arah kebijakan suku bunga Fed.
Pasalnya, untuk menurunkan laju inflasi, masih dibutuhkan kebijakan yang tetap ketat, meski bank sentral AS itu telah memberikan sinyal pemangkasan pada 2024.
“Dengan kondisi ketidakpastian dari besarnya pemangkasan Fed tahun mendatang, BI akan menunggu Fed untuk bergerak duluan baru mengikuti,” jelasnya.