Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Saham Ngegas, Ini Target Bos Bank Syariah Indonesia (BRIS)

Saham BRIS telah naik 15,52% Januari 2024 sehingga mengerek kapitalisasi pasar bank Syariah terbesar ini menjadi Rp92,73 triliun.
Fahmi Ahmad Burhan,Thomas Mola
Sabtu, 20 Januari 2024 | 14:55
Karyawati Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI pada awal tahun ini mencuri perhatian. Pada penutupan pasar (19/1/2022), harga saham BRIS bertengger pada Rp2.010 per lembar. Padahal BRIS menutup tahun 2023 pada posisi Rp1.740 per lembar saham.

Dengan kata lain, saham BRIS telah naik 15,52% pada 3 minggu pertama Januari 2024 (year-to-date/YtD). Peningkatan harga saham BRIS ini ikut mengerek kapitalisasi pasar bank Syariah terbesar ini menjadi Rp92,73 triliun.

Kapitalisasi BRIS itu naik pesat jika dibandingkan posisi Rp79,46 triliun pada akhir 2023. Sepanjang tahun lalu, saham BRIS naik 34,88% mengingat pada awal tahun harga saham BRIS bertengger pada Rp1.290 per lembar.

Corporate Secretary BSI Gunawan A. Hartoyo mengatakan pergerakan saham BRIS yang positif pada awal tahun 2024 merupakan respon dari para investor terhadap pertumbuhan kinerja perseroan.

"Kami akan terus mempertahankan kinerja positif untuk meningkatkan kepercayaan serta memberikan nilai tambah yang lebih baik kepada para investor,” kata Gunawan dalam keterangan tertulis pada Kamis (18/1/2024).

Investor Relation BSI Rizky Budinanda menambahkan pergerakan saham yang bullish selama 3 bulan terakhir merupakan respon positif dari para investor, baik investor domestik dan asing.

Pergerakan saham BRIS juga merefleksikan prospek positif pertumbuhan kinerja keuangan, prospek pasar perbankan syariah di Indonesia yang masih under penetrated, serta perbankan Indonesia yang masih tumbuh sehat dan sustain.

“BSI dapat senantiasa berkontribusi positif terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia dan memberikan manfaat bagi umat serta memberikan potential gain kepada investor atas investasi di saham BRIS,” kata Rizky.

Sebagai informasi, BSI terdata telah membukukan laba bersih Rp4,2 triliun pada kuartal III/2023, naik 31,04% year-on-year/YoY dari periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp3,2 triliun.

Raihan laba BRIS ini melanjutkan tren positif pada 2 tahun terakhir. BRIS tercatat meraup laba bersih RP4,26 triliun pada akhir 2022, naik 41% secara tahunan dibandingkan Rp2,02 triliun pada 2021. Laba 2021 itu, naik 38% jika dibandingkan tahun 2020.

BSI Incar Pertumbuhan Pembiayaan 18%

Direktur Utama BRIS Hery Gunardi memperkirakan pembiayaan syariah akan moncer pada 2024. BRIS menargetkan penyaluran pembiayaan bisa tumbuh hingga 18% pada tahun ini.

"Konsisten pembiayaan double digit, di kisaran 16% sampai 18%. Jadi ini akan kita jaga di 2024," ujarnya dalam acara Peluncuran Kerja Sama Mandiri Sekuritas X Bank Syariah Indonesia pada Selasa (9/1/2024).

Menurutnya ada sejumlah peluang di segmen pembiayaan yang akan disasar BSI pada 2024. "Pertama peluangnya ada di consumer banking, umumnya kita menyasar griya atau KPR [kredit pemilikan rumah]," ujarnya.

Di BSI sendiri pertumbuhan pembiayaan griya saat ini tergolong moncer. Dalam 1 bulan, booking pembiayaan griya bisa mencapai Rp1 triliun.

Kedua, pembiayaan mitraguna. Dalam menyalurkan pembiayaan ini BSI memiliki ekosistem seperti di bisnis payroll ASN dan karyawan BUMN. Bisnis payroll ini kemudian diintegrasikan dengan layanan pembiayaan mitraguna.

Selain itu, BSI menyasar pertumbuhan pembiayaan di segmen mikro yang moncer pada 2024. Lalu, BSI juga berupaya mendongkrak penyaluran pembiayaan korporasi di sejumlah sektor.

"Pembiayaan korporasi kita jaga pertumbuhannya seperti tahun lalu. Sektornya yang menjanjikan dan positif seperti perkebunan, rumah sakit, pendidikan, dan teknologi," tutur Hery.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper