Bisnis.com, JAKARTA -- Persaingan digital di sektor keuangan sempat memanas, utamanya kala eksistensi perbankan diprediksi bakal tergerus dengan hadirnya perusahaan financial technology (fintech) alias pinjaman online (pinjol). Menariknya, perbankan Tanah Air memiliki pendekatan yang berbeda dalam menghadapi kompetisi ini.
Transaction Banking Digital & Customer Experience Head PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Indradi Padmawidjaja menilai meski mengincar ceruk pasar serupa, perbankan dan fintech memiliki karakter yang tak sama.
“Hubungan kita ever evolving, di satu sisi berkompetisi karena memiliki pangsa pasar yang sama, tapi di sisi lain kita bisa kolaborasi,” ujarnya dalam Media Gathering AFTECH, Rabu (24/1/2024).
Dirinya menuturkan, kebutuhan masyarakat yang makin variatif, akhirnya membuat keduanya harus berkolaborasi demi menghadirkan solusi yang bermanfaat untuk masyarakat, dan menguntungkan masing-masing pihak. Lebih lanjut, Indradi menjelaskan kehadiran fintech justru memberikan terobosan baru bagi layanan perbankan.
Dia mencontohkan, apabila beberapa waktu lalu setor uang perbankan membutuhkan waktu 2-3 hari untuk masuk ke rekening, akan tetapi melalui kerja sama dengan fintech, membuat proses ini bisa lebih cepat.
“Artinya cash deposit bisa menjadi real time business. Jadi, setor tunai bisa langsung masuk ke rekening, karena adanya percepatan dari fintech,” paparnya.
Baca Juga
Senada VP of Transaction Banking PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Rudy Automo menyoroti bahwa fintech dan sektor perbankan memiliki hubungan yang erat. Menuru dia perbankan memainkan peran kunci dalam mendukung kemajuan fintech, karena perbankan yang menyediakan infrastruktur dan dukungan finansial yang diperlukan.
Sementara, dalam waktu yang sama, fintech berkontribusi pula sebagai katalisator bagi inovasi perbankan karena kemampuannya yang membawa fleksibilitas dan inovasi yang cepat.
Bahkan, fintech dapat membantu perseroan dalam hal pemberian pendanaan, utamanya bagi segmen yang belum dapat tersentuh perbankan. Pasalnya, bank adalah bisnis yang highly regulated, di mana harnpir tidak ada gerak bank yang tidak diatur oleh otoritas moneter.
Lebih lanjut, dari sisi perbankan BRI sendiri terus membuka peluang untuk menawarkan jaringan luas untuk fintech. Tercatat, agen BRILink Coverage perseroan sudah mencapai 82% dari total sleuruh desa di Indonesia, sehingga ekosistem ini bisa dipergunakan fintech dalam berinovasi untuk agen-agen BRILink.
Sebagaimana diketahui, kini masyarakat nampak makin gemar meminjam dengan pembiayaan model baru, yakni lewat peer to peer (p2p) lending atau pinjol.
Hal ini tercermin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat outstanding pembiayaan yang terjadi pada industri financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending atau lebih dikenal dengan sebutan pinjaman online (pinjol) terus melaju pada 11 bulan pertama 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan outstanding pembiayaan pinjaman online tetap tumbuh dua digit pada November 2023 menjadi Rp59,38 triliun.
Agusman menuturkan bahwa pertumbuhan outstanding pembiayaan pinjol mendaki jika dibandingkan dengan posisi Oktober 2023 yang hanya tumbuh 17,66% yoy menjadi Rp58,05 triliun.
Tercatat, pertumbuhan outstanding pembiayaan fintech P2P lending di November 2023 terus melanjutkan peningkatan menjadi 18,06% yoy, [sedangkan] pada Oktober 2023 tumbuh 17,06% yoy.