Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta sektor jasa keuangan terus mewaspadai faktor- faktor risiko yang berpotensi memengaruhi kinerja sektor jasa keuangan ke depan. Pengawas tertinggi industri pasar modal, perbankan, asuransi, hingga dana pensiun itu juga meminta setiap perusahaan melakukan uji ketahanan alias stress test.
“Kami meminta Lembaga Jasa Keuangan (LJK) tetap mencermati faktor-faktor risiko tersebut dan secara berkala melakukan uji ketahanan dalam rangka mengukur kemampuan dalam menyerap potensi risiko yang terjadi,” ucap Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (30/1/2024).
KSSK adalah pertemuan koordinasi rutin pengambil kebijakan sektor keuangan. Komite ini berperan mengambil kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan. KSSK sendiri terdiri dari menteri keuangan sebagai koordinator, lalu Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang ketiganya sebagai anggota dengan hak suara.
Mahendra menyebutkan sejumlah risiko yang diuji mencakup downside risk dari pelemahan perekonomian China, eskalasi tensi geopolitik, fluktuasi harga komoditas ekspor, termasuk nilai tukar rupiah.
Hasilnya, di tengah kondisi ketidakpastian global, industri perbankan Indonesia pada tahun 2023 tetap resilien dan berdaya saing kuat. Kondisi ini didukung permodalan perbankan yang tetap solid dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) industri perbankan yang tinggi mencapai 27,69%.
“Kinerja intermediasi pada tahun 2023 tumbuh positif dengan kredit perbankan mencapai Rp7.090 triliun, tumbuh sebesar 10,38% yoy, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar 10,05% yoy dan 12,26% yoy,” katanya.
Baca Juga
Seiring pemulihan pertumbuhan perekonomian nasional, jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 melanjutkan tren penurunan menjadi sebesar Rp265,8 triliun dibanding Desember 2022, yaitu Rp469,2 triliun. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2023 mencapai Rp8.458 triliun, tumbuh 3,73% yoy, terutama didukung pertumbuhan giro yang mencapai 4,57% yoy.
Likuiditas perbankan pada Desember 2023 dalam level yang memadai. Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 127,07% dan 28,73%, jauh di atas threshold 50% dan 10%. Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL net sebesar 0,71% dan NPL gross sebesar 2,19%.
Selain itu, kinerja pasar modal domestik cukup kuat di tahun 2023, walau adanya prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Tercatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 29 Desember 2023 ditutup pada posisi 7.272,80 poin atau tumbuh sebesar 6,16% ytd. Peningkatan tersebut merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara setelah Vietnam meski investor asing membukukan net sell sebesar Rp6,19 triliun ytd. Nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp11.674 triliun atau tumbuh sebesar 22,90% ytd.
Penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp255,39 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 83 emiten dan telah melampaui capaian target di 2023 sebesar Rp200 triliun. Capaian atas kinerja positif IHSG juga ditopang oleh pertumbuhan jumlah investor pasar modal yang mencapai double digit sebesar 18,04% menjadi 12,17 juta investor.
“Sampai dengan 26 Januari 2024, IHSG tercatat di level 7.137,09 dengan investor nonresiden mencatatkan beli bersih Rp5,78 triliun (ytd),” katanya.
Nilai kapitalisasi pasar modal per 26 Januari 2024 mencapai Rp11.346 triliun. OJK optimis ruang pertumbuhan bagi industri pasar modal Indonesia masih luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.