Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak menjadi daya tarik bank asing untuk menggarap pasar syariah. Tak terkecuali sejumlah bank di Malaysia, seperti CIMB Group dan Maybank Group.
Artikel bertajuk Gerak Lincah CIMB Group dan Maybank Garap Segmen Syariah menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini sorotan utama Bisnisindonesia.id, Jumat (15/03/2024):
1. Gerak Lincah CIMB Group dan Maybank Garap Segmen Syariah
Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak menjadi daya tarik bank asing untuk menggarap pasar syariah. Tak terkecuali sejumlah bank di Malaysia, seperti CIMB Group dan Maybank Group.
Dua korporasi keuangan negeri jiran tersebut masing-masing mengendalikan bank di Indonesia, CIMB Group memegang PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) dan Maybank Group memiliki PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII).
Lebih diperinci, CIMG Group menggenggam 91,44% kepemilikan saham di BNGA. Sementara, Maybank Group melalui Sorak Financial Holdings Pte Ltd atau Sorak dan Maybank Offshore Corporate Services menggenggam masing-masing 45,02% serta 33,95% di BNII.
Di pusatnya, CIMB Group telah mencatatkan kinerja keuangan yang moncer pada 2023, termasuk didorong oleh bisnis syariah. Laba bersih CIMB Group meningkat sebesar 28,3% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 6,98 miliar ringgit Malaysia pada 2023.Pendapatan operasional CIMB Islamic tumbuh sebesar 4,5% yoy dan pembiayaan syariah tumbuh 13,8% yoy.
“Kinerja keuangan pada 2023 tetap bertumbuh di tengah kondisi industri yang penuh tantangan," kata Group Chief Executive Officer CIMB Group Dato’ Abdul Rahman Ahmad dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Setali tiga uang, pengendali BNII di Malaysia, performa Mayabnk Group pada 2023 terdorong oleh pertumbuhan bisnis syariahnya. Kondisi tersebut tercermin dari pembiayaan syariah di Maybank yang tumbuh 10,3% yoy.
2. Strategi MFIN Usai Diakuisisi MUFG dan ADMF saat Ramadan
Perusahaan pembiayaan PT Mandala Finance Tbk. (MFIN) atau Mandala Finance yang baru saja diakuisisi MUFG Bank dan Adira Finance (ADMF), siap mengantisipasi dan memenuhi lonjakan permintaan kredit selama bulan Ramadan.
Emiten berkode MFIN ini melihat masyarakat Indonesia cenderung meningkatkan konsumsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang berpeluang mendorong permintaan pembiayaan menjelang Hari Raya Idulfitri.
Managing Director Mandala Finance Christel Lasmana mengatakan permintaan kendaraan untuk mudik atau pulang kampung selama libur Idulfitri juga dapat menjadi salah satu faktor pendorong yang mendukung pertumbuhan industri pembiayaan.
“Mandala siap mengantisipasi dan memenuhi seluruh permintaan yang ada untuk kebutuhan pembiayaan dari konsumen dengan produk pembiayaan yang kami miliki, serta berbagai program menarik untuk konsumen selama periode Ramadan,” kata Christel saat dihubungi Bisnis, Kamis (14/3/2024).
Dengan peningkatan permintaan, Christel pun yakin momen Ramadan mampu mendorong penyaluran pembiayaan perseroan sampai akhir tahun. Terlebih pada 2024, perseroan menetapkan pertumbuhan double digit untuk target penyaluran pembiayaan.
3. Fenomena Kontraktor Migas Kembali ke Rezim Cost Recovery
Sejumlah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas di Tanah Air beramai-ramai mengajukan perubahan kontrak bagi hasil (production cost sharing/PSC) dari skema gross split lama kembali ke cost recovery.
Masalah keekonomian yang selama ini mengganjal pengembangan lapangan minyak dan gas bumi (migas), menjadi alasan kuat KKKS termasuk PT Pertamina (Persero) untuk berpindah haluan ke rezim cost recovery.
Antusiasme KKKS mengajukan perubahan kontrak blok migas yang telah beroperasi menjadi cost recovery tersebut menandakan skema bagi hasil gross split sudah tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini sehingga membuat pengembangan lapangan migas menjadi tidak ekonomis.
Terlebih, risiko investasi di sektor hulu migas masih terbilang tinggi padahal membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tak heran jika banyak lapangan migas terlantar lantaran terkendala masalah keekonomian.
Dari catatan Kementerian ESDM, setidaknya lebih dari lima PSC yang jalan di tempat. Stagnasi investasi tersebut disebabkan karena skema PSC gross split lama dinilai tidak menguntungkan KKKS. Ada beberapa KKKS yang akan mengusulkan perubahan dari gross split ke cost recovery.
4. Tiga Sebab Minyak Makan Merah Bikin Presiden Sumringah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pabrik percontohan minyak makan merah di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (14/3/2024). Presiden mengaku senang dengan produk anyar tersebut karena tiga hal.
Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengharapkan keberadaan pabrik minyak makan merah dapat memberi nilai tambah bagi para petani sawit.
"Oleh sebab itu, kita bangun pabrik minyak makan merah ini yang pertama kali, dan ini kita harapkan dapat memberikan nilai tambah yang baik bagi para petani sawit, utamanya yang sudah dalam bentuk koperasi," kata Joko Widodo.
Dengan adanya pabrik, harga TBS (tandan buah segar) tidak naik dan turun karena semuanya diolah menjadi barang jadi, yaitu minyak makan merah.
Joko Widodo mengaku senang dengan adanya pabrik minyak makan merah, mulai dari harganya yang murah, vitaminnya yang tidak hilang, serta pabrik minyak makan merah sebagai wujud penghiliran industri.
5. Bendera Putih Produksi Minyak Mentah 1 Juta Barel
Mimpi Indonesia untuk memproduksi minyak mentah 1 juta barel per hari pada 2030 kini tinggal kenangan. Banyaknya kendala di hulu migas membuat impian itu hanya menjadi angan yang tak kunjung dapat terwujud.
Berkaca pada data per 6 Februari 2024 yang dirilis Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), proyeksi produksi minyak sampai 2030 hanya berada di level 888.000 barel oil per day (bopd). Sementara itu, proyeksi onstream pada 2024 dan 2025 masing-masing berada di level 597.000 bopd dan 599.000 bopd.
Tidak jauh berbeda, produksi gas sampai 2030 diproyeksikan berada di level 10.399 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd), sedangkan proyeksi produksi gas untuk 2024 dan 2025 masing-masing berada di level 5.544 MMscfd dan 5.799 MMscfd.
Untuk tahun ini, SKK Migas juga telah menyetujui target lifting minyak dalam work program & budget (WP&B) 2024 di level 596.000 bopd atau lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) di level 635.000 bopd.
Begitu juga dengan target salur gas untuk 2024 dalam WP&B, berdasarkan hasil diskusi dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) disepakati pada level 5.544 MMscfd, lebih rendah dari batas minimal yang diamanatkan APBN di level 5.6785 MMscfd.
Dengan tren produksi minyak mentah yang kian turun, tentu akan sangat sulit untuk merealisasikan target besar produksi minyak 1 juta bopd pada 2030. Tak heran jika akhirnya SKK Migas menjadi lebih realistis dengan program jangka panjang (long term plan/LTP) 1 juta bopd dan gas 12.000 MMscfd.