Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) pada kisaran 5,25%-5,5%, diperkirakan akan memberikan dampak yang positif bagi pasar keuangan domestik dan nilai tukar rupiah.
The Fed pada pertemuan FOMC juga merevisi ke atas tingkat pertumbuhan ekonomi pada 2024, yaitu menjadi 2,1%, dari perkiraan sebelumnya 1,4%.
Bank sentral AS itu juga terus mengupayakan laju inflasi akan terus turun ke tingkat 2%. The Fed juga melihat perkembangan aktivitas perekonomian cenderung stabil, dengan pertumbuhan lapangan kerja yang cukup kuat dan tingkat pengangguran tetap rendah.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan bahwa pernyataan The Fed dalam pertemuan FOMC tersebut mengisyaratkan pengetatan kebijakan dapat dilakukan.
Andry mengatakan ekspektasi median dari anggota FOMC menunjukkan penurunan suku bunga total sebesar 75 basis poin pada tahun ini dan mengindikasikan tiga kali pemangkasan pada 2025, lebih sedikit dibandingkan dengan proyeksi pada Desember.
Tercatat, indeks dolar turun ke 103,4 setelah The Fed mempertahankan suku bunga stabil seperti yang diharapkan dan masih mengisyaratkan tiga kali penurunan suku bunga tahun ini.
Baca Juga
Menurutnya, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun juga turun tipis menjadi 4,27%. Sementara itu, saham-saham AS menguat setelah the Fed mempertahankan prospek penurunan suku bunga yang tidak berubah.
Indeks S&P 500 tercatat naik 1%, dan Dow Jones meningkat 400 poin, naik ke rekor tertinggi, sementara Nasdaq 100 naik 1,1%.
“Saat ini pasar melihat kemungkinan terdekat, The Fed akan segera menurunkan suku bunga acuan pada pertemuan FOMC pada Juni dengan probabilitas sebesar 67,4%,” kata Andry, Kamis (21/3/2024).
Andry menyampaikan perkembangan ini diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi pasar keuangan Indonesia dalam jangka pendek.
“Ini akan berdampak pada apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, penurunan imbal hasil obligasi, dan kenaikan pasar saham domestik,” jelas Andry.