Bisnis.com, JAKARTA -- Laju penghimpunan dana di perbankan pada awal tahun terpantau masih berat. Perbankan pun memutar otak menggenjot raupan dana pihak ketiga (DPK) agar tumbuh moncer pada tahun ini.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank pada Februari 2024 tercatat sebesar Rp8.193 triliun, tumbuh 5,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 5,8% yoy.
Perkembangan DPK dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK korporasi dan DPK perorangan. DPK korporasi memang tumbuh 8,6% pada Februari 2024 lebih moncer dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 6,2%. Namun, DPK perorangan lesu, hanya tumbuh 3,2% pada Februari 2024, dibandingkan bulan sebelumnya tumbuh 5,4%.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan simpanan nasabah korporasi berkinerja moncer karena korporasi sedang wait and see untuk ekspansi seiring dengan gelaran Pemilu 2024. Hal ini mampu manahan dana korporasi dalam bentuk simpanan di bank.
Sementara, simpanan nasabah perorangan lesu karena sejumlah faktor. "Bisa karena melambatnya daya beli masyarakat atau menurunnya pendapatan sektor ritel," kata Trioksa kepada Bisnis pada Senin, (25/3/2024).
Beratnya laju DPK pada awal tahun membuat perbankan mesti memutar otak menjalankan strategi yang pas. Hal ini dilakukan agar kinerja DPK perbankan bisa moncer pada tahun ini.
Baca Juga
"Strategi yang perlu dilakukan oleh bank adalah dengan membuat program-program yang dapat menarik nasabah meningkatkan simpanannya di bank seperti undian berhadiah atau benefit lainnya seperti bunga yang menarik," ujar Trioksa.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Lani Darmawan mengatakan di CIMB Niaga sendiri strategi yang dijalankan dalam mendongkrak DPK saat ini adalah dengan mempertebal porsi dana murah (current account saving account/CASA). Strategi itu yang menurutnya membuat simpanan ritel di perbankan lesu, lalu simpanan nasabah korporasi menggeliat.
Menurutnya, strategi itu dirasa pas sebab suku bunga acuan yang tinggi masih jadi tantangan bagi bank. "Tantangannya masih di cost of fund [biaya dana] yang relatif masih tinggi," ujar Lani kepada Bisnis pada Senin (25/3/2024).