Bisnis.com, JAKARTA –Iran memenuhi janjinya dengan mengirimkan ratusan drone dan rudal hipersonik ke wilayah Israel pada Minggu malam, 14 April 2024. Operasi “Janji Sejati” itu sebagai aksi balasan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah.
Serangan pesawat tak berawak ini merupakan serangan terbesar yang pernah dilakukan oleh negara mana pun. Bahkan, serangan ini meruapakan pertama kalinya dilakukan Iran terharap Israel, setelah hampir setengah abad menjadi musuh bebuyutan.
Seperti dikutip dari Aljazera, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menjuluki operasi tersebut sebagai “True Promise’ untuk menunjukkan bahwa para petinggi di Teheran, termasuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, berniat menepati sumpah mereka atas serangan Israel dan pihak lain.
Aksi tersebut merupakan respons terhadap serangan Israel pada 1 April 2024 terhadap konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh anggota IRGC, termasuk dua jenderal yang bertugas memimpin operasi di Suriah dan Lebanon, serta enam orang lainnya.
Kesabaran Iran telah habis. Amerika bersama Israel semakin konfrontatif. Terutama setelah pembunuhan jenderal tertinggi Qassem Soleimani di Irak pada Januari 2020.
Belum lagi pembunuhan komandan penting IRGC lainnya di Suriah, Razi Mousavi, pada akhir Desember 2023 dalam serangan udara Israel di tengah dampak perang di Gaza. Serangan Iran akhirnya dilancarkan setelah tragedi di konsulat Damaskus.
Baca Juga
Satu sisi, Teheran mengakui bahwa Israel dan pemerintahan Benjamin Netanyahu mendapatkan manfaat dari meningkatnya ketegangan di kawasan dan memaksa militer AS untuk mengambil tindakan lebih banyak terhadap Iran.
Di sisi lain, serangan Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya ini mungkin telah mengalihkan perhatian dunia dari kematian puluhan ribu perempuan dan anak-anak di Jalur Gaza.
Namun, serangan-serangan tersebut dapat diterjemahkan menjadi keuntungan soft power bagi Iran di mata negara muslim dalam jangka panjang, jika dibandingkan dengan kekuatan regional lainnya.
Arab Saudi tidak mengesampingkan normalisasi hubungan dengan Israel terkait dengan pembantaian di Gaza. Begitu juga Turki baru mulai membatasi ekspor ke Israel pada awal pekan ini setelah Benjamin Netanyahu menolak memberi izin negara itu mengirimkan bantuan melalui udara ke daerah kantong yang terkepung tersebut.
Perebutan pengaruh antara Arab Saudi dan Turki disampaikan dengan sikap kritis terhadap perang Israel di Gaza. Iran pun mempunyai argumen yang masuk akal di Dewan Keamanan PBB karena serangan terhadap misi diplomatik menandakan pelanggaran terhadap Konvensi Wina.
Perang Alutsita Modern Iran
Belum ada konfirmasi resmi dari Iran mengenai berapa jumlah pasti drone atau rudal balistik dan jelajah yang digunakannya untuk menyerang Israel. Akan tetapi, militer Israel mengatakan lebih dari 300 telah diluncurkan.
Drone Iran telah menjadi berita utama internasional selama beberapa tahun terakhir, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina lebih dari 2 tahun lalu. Para pejabat Ukraina mengatakan drone Shahed milik militer Rusia rancangan Iran terus menghujani wilayah mereka.
Drone kamikaze Shahed-136 yang membawa hulu ledak relatif kecil dengan berat sekitar 50 kg (110 pon) digunakan dalam serangan terhadap Israel, seperti diberitakan televisi pemerintah Iran.
Saluran Telegram yang berafiliasi dengan IRGC mengatakan Shahed-238, yang ditenagai oleh turbojet dan bukan baling-baling pada model 136, juga digunakan dalam serangan tersebut.
Model 238 mengorbankan beberapa kemampuan manuver untuk kecepatan yang jauh lebih tinggi yang diyakini mencapai 600 kmph (372 mph).
Rudal balistik hipersonik Fattah saat peluncuran./defence-industry.eu
Iran telah lama dikenal memiliki persenjataan rudal terbesar dan paling beragam di Timur Tengah. Serangan terhadap Israel merupakan ‘uji coba terbesar’ atas kemampuannya.
Televisi lokal Iran meyebutkan bahwa rudal balistik jarak jauh Emad dan rudal jelajah Paveh digunakan untuk menyerang Israel.
Pada bulan Februari, dalam latihan militer skala besar yang mencakup simulasi serangan terhadap pangkalan udara Palmachim di Israel, IRGC menggunakan rudal Emad dan meluncurkan rudal balistik Dezful dari kapal perang.
Iran juga memiliki Fattah, sebuah rudal balistik hipersonik yang secara teori dapat tiba di Israel hanya dalam waktu tujuh menit, bersama dengan varian rudal jelajah dari keluarga yang sama. Namun, disebutkan bahwa tidak ada indikasi rudal itu digunakan dalam serangan Minggu pagi.
Akan tetapi, pakar militer Moskow Vladislav Shurigin menyebutkan bahwa ada tujuh rudal hipersonik Fattah yang digunakan, dan persai besi (Iron Dome) Israel tidak mampu menembak jatuh satu pun.
“Karena mereka jauh lebih lambat dibandingkan jet tempur dan rudal, mereka meluncurkan drone Shahed terlebih dahulu. Beberapa jam kemudian, rudal jelajah subsonik mereka diluncurkan, dan baru kemudian rudal balistik hipersonik Fattah,” ujarnya.
Semuanya diperhitungkan dan dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga drone dan roket dari kedua jenis tersebut mencapai sasaran di wilayah Israel secara bersamaan, bertindak sebagai satu gelombang kejut.
Lebih dari 200 pesawat Pasukan Pertahanan Israel dan penerbangan angkatan laut AS dari kapal induk, serta sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel, berpartisipasi dalam menangkis serangan tersebut.
“Terlepas dari kekuatan yang sangat besar ini, beberapa drone, rudal jelajah, dan hampir semua rudal balistik Iran telah mencapai sasaran yang diinginkan.”
Rekaman baru serangan Iran terhadap Israel pada 14 April yang diedarkan oleh media yang berafiliasi dengan negara Iran telah memberikan petunjuk tentang rudal yang dikerahkan.
Beberapa media mengklaim bahwa rudal hipersonik Fattah yang banyak digembar-gemborkan digunakan untuk menghindari pertahanan udara Israel dan berhasil mencapai sasaran yang ditentukan.
Namun, para pengamat menyoroti bahwa sebagian besar model lama ditembakkan—dan proyektil hipersonik seperti Fattah yang lebih baru dan lebih canggih kemungkinan hanya akan dikerahkan sebagai respons terhadap serangan Israel.
Rudal balistik hipersonik Fattah itu diluncurkan pada 6 Juni 2023. Rudal itu diresmikan pada upacara yang dihadiri oleh Presiden Ebrahim Raisi dan komandan Korps Pengawal Revolusi elit Iran.