Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UOB Indonesia Bidik DPK Tembus 20% saat BI Rate Naik jadi 6,25%

Berikut strateti UOB Indonesia genjot Dana Pihak Ketiga (DPK) ketika BI Rate naik jadi 6,25%.
Pengunjung memperoleh penjelasan dari tim Wealth Management PT Bank UOB Indonesia mengenai update pasar terbaru dan wawasan investasi yang mendalam./Bisnis/Himawan L Nugraha.
Pengunjung memperoleh penjelasan dari tim Wealth Management PT Bank UOB Indonesia mengenai update pasar terbaru dan wawasan investasi yang mendalam./Bisnis/Himawan L Nugraha.

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank UOB Indonesia menargetkan simpanan alias Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 20% tahun ini melampaui realisasi 2023 seiring dengan naiknya suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada April 2024.

Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret menyebut dengan kenaikan suku bunga ini, maka simpanan nasabah atau DPK bakal makin bertumbuh. 

“Kalau kita saat ini ya lebih ingin simpanan yang banyak dari dana murah [current account saving account/CASA],” ujarnya pada awak media, Rabu (24/4/2024)

Di samping itu, dia menyebut kenaikan BI Rate akan membuat obligasi sebagai instrumen investasi pilihan.

“Kita berharap simpanan juga pastinya bertambah, dan obligasi akan tetap jadi shining star untuk tahun ini dan obligasi pemerintah yang dikeluarkan setiap bulannya, dan itu akan terus mendapatkan lebih banyak lagi partisipasi dari masyarakat,” ujarnya.

Tercatat pada tahun lalu, UOB Indonesia membukukan himpunan dana pihak ketiga mencapai Rp119,28 triliun dari posisi Desember 2023, naik 4,71% dari sebelumnya Rp113,92 triliun pada 2022. 

Bila rinci, dana murah atau current account savings account (CASA) UOB Indonesia turun 2,59% menjadi Rp61,19 triliun pada 2023 dari sebelumnya Rp62,81 triliun pada 2022. Adapun, komposisi CASA mencapai 51,3% dari total DPK.

Sementara itu, deposito tercatat naik 13,68% menjadi Rp58,09 triliun dari sebelumnya Rp51,1 triliun atau porsinya mencapai 48,7% dari total DPK.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap alasan Dewan Gubernur BI menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada April 2024. 

Perry mengatakan keputusan menaikkan suku bunga untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan membuturuknya risiko global serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025. 

"Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper