Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio kredit masalah (nonperforming loan/NPL) gross perbankan meningkat 2,35% pada Februari 2024 dibanding Desember 2023 yang pada 2,19%.
Pada sisi loan at risk juga naik menjadi 11,56% dibanding Desember 2023 sebesar 10,94%
Deputi Komisioner Pengawas Bank Pemerintah dan Syariah OJK Defri Andri mengatakan kenaikan NPL sendiri adalah suatu yang manageable alias dapat dikelola.
“Kecukupan pencadangan CKPN yang dibentuk bank untuk NPL coverage ratio 200% dan LAR coverage di atas 50% dan sudah menunjukkan mitigasi di bank sudah cukup,” ujarnya dalam Bisnis Indonesia BUMN Forum 2024, Selasa (30/4/2024)
Lebih lanjut, dirinya mencatat per Februari aset tumbuh sebesar 6,95%. Kemudian, pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) dan surat berharga meningkat sebesar 11,28%, 5,66% dan 12,62%.
Likuiditas perbankan dinilai lebih ample dengan rasio kecukupan likuiditas atau Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 223,27% relatif sama dibanding Desember 2023 ebesar 220,18%. Rasio NPL gross sebesar 2,35% dan LAR sebesar 11,56%.
Baca Juga
Apabila melihat persiapan bank sendiri. Tercatat, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) pada kuartal I/2024, memiliki pencadangan atas kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) coverage perseroan mencapai 220,3%. Sementara, posisi pencadangan kredit berisiko atau loan at risk (LaR) coverage berada di level 71,9%. Adapun, NPL gross BCA naik tipis menjadi 1,9% dari 1,8%
Serupa, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) juga mencatatkan kenaikan NPL gross menjadi 3,11% pada kuartal I/2024 dari sebelumnya 2,95% pada kuartal I/2023. Saat ini NPL Coverage BRI berada di level 214,26% dan LAR Coverage perseroan berada di level 52,41%