Bisnis.com, JAKARTA – Posisi cadangan devisa Indonesia diproyeksi melanjutkan tren penurunan pada April 2024.
Kepala Riset Makroekonomi dan Pasar Keuangan Bank Syariah Indonesia (BSI) Kahfi Riza memperkirakan posisi cadangan devisa pada April 2024 berpotensi turun ke level US$138,0 miliar.
Kahfi menjelaskan tren penurunan cadangan devisa pada periode tersebut salah satunya dipengaruhi oleh aliran keluar modal asing atau outflows yang meningkat dari Indonesia di tengah tingginya ketidakpastian global.
Selain itu, dari sisi perdagangan, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan tren surplus yang menurun, meski masih positif sepanjang 2024.
Untuk diketahui, surplus neraca perdagangan Indonesia pada kuartal I/2024 adalah sebesar US$7,31 miliar, jauh lebih rendah dari periode I/2023 yang sebesar US$12,11 miliar.
"Salah satu faktornya disebabkan jumlah hari kerja efektif yang lebih terbatas selama kuartal I/2024 yang mempengaruhi administrasi ekspor impor," katanya kepada Bisnis, Minggu (5/5/2024).
Baca Juga
Lebih lanjut, Kahfi mengatakan bahwa surplus neraca perdagangan yang menyusut juga dipengaruhi oleh permintaan global yang masih mengalami penurunan.
Hal itu terutama seiring dengan perekonomian China yang masih pulih sepenuhnya akibat krisis properti dan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan mendekati kondisi stagflasi. Kondisi ini pun berdampak pada tertahannya pertumbuhan PDB dari sisi perdagangan.
Adapun, posisi cadangan devisa Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar US$140,4 miliar, juga turun jika dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$144,0 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa pada Maret 2024 tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, juga kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
BI menyatakan, posisi cadangan devisa pada Maret 2024 masih setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI juga menilai bahwa cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.