Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah bank mencatatkan kinerja laba yang lesu pada awal tahun ini atau kuartal I/2024. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun buka suara terkait kondisi tersebut.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan kinerja bank pada awal tahun ini diwarnai dengan kondisi ketidakpastian. "Namun, di tengah volatilitas, rasio profitabilitas perbankan masih resilien," ujar Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada Senin (13/5/2024).
Meski begitu, mengacu data OJK, tercatat sejumlah rasio profitabilitas mengalami penyusutan. Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank turun 18 basis poin (bps) secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 4,59% pada Maret 2024, dibandingkan 4,77% pada Maret 2023.
Tingkat pengembalian aset (return on esser/ROA) perbankan juga turun dari 2,77% pada Maret 2023 menjadi 2,62% pada Maret 2024. Artinya, kemampuan perbankan dalam mendayagunakan asetnya untuk memperoleh keuntungan berkurang.
Meski begitu, menurut Dian kondisi permodalan perbankan di Tanah Air masih memadai. "CAR [capital adequacy ratio] masih tinggi. Ini merupakan bantalan mitigasi risiko di tengah ketidakpastian," ujar Dian.
Baca Juga
Tercatat, CAR perbankan berada di level 26% pada Maret 2024, naik dibandingkan posisi per Maret 2023 di level 24,69.
Adapun, sejumlah perbankan memang mengalami kinerja lesu labanya pada awal 2024. Ambil contoh bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV yang mencatatkan pertumbuhan laba yang tipis. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) telah membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp12,7 triliun pada kuartal I/2024, tumbuh 1,13% yoy.
Pertumbuhan laba Bank Mandiri pada kuartal I/2024 itu melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana laba tumbuh pesat 25,2% yoy.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan kinerja keuangan bank, termasuk laba pada awal tahun ini dipengaruhi oleh sejumlah tantangan.
"Dampak ekonomi global ke kinerja, secara sektoral banking industry memang cukup resilient, walaupun saat ini tantangan kondisi likudiitas pasar dan semakin tingginya ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah yang menjadi faktor tertundanya penurunan suku bunga The Fed, ini pengaruhi dinamika pasar keuangan domestik," ujarnya dalam paparan kinerja Bank Mandiri pada bulan lalu (30/4/2024).
Kemudian PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) membukukan laba bersih konsolidasi yang diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp5,32 triliun pada kuartal I/2024, tumbuh tipis 2,02% yoy. Sama seperti Bank Mandiri, pertumbuhan laba BNI pada awal tahun ini melambat dibandingkan pertumbuhan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya 31,75% yoy.
Bank juga mencatatkan penurunan labanya. PT Bank Mega Tbk. (MEGA) misalnya mencatatkan penurunan laba 18,55% yoy menjadi Rp802,51 miliar pada kuartal I/2024, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan laba Rp985,38 miliar.
PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) membukukan laba bersih konsolidasi yang diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp543,85 miliar pada kuartal I/2024, susut 32,46% yoy dari periode sebelumnya Rp805,19 miliar pada kuartal I/2023. PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC) juga mencatatkan kinerja laba lesu, turun 39,89% yoy menjadi Rp44,01 miliar pada kuartal I/2024.
Bahkan, PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) yang pada kuartal I/2023 membukukan laba bersih Rp565,52 miliar, berbalik kondisi menjadi rugi Rp227,93 miliar pada kuartal I/2024.
Pjs. Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan mengatakan bahwa pada kuartal I/2024, profitabilitas bank dipengaruhi oleh pencadangan yang tinggi. BNII memang mengambil langkah proaktif dengan menyisihkan pencadangan sebesar Rp873 miliar untuk akun korporasi tertentu yang berpotensi mengalami penurunan kualitas aset.
"Meski begitu, pada kuartal I/2024, kami mampu membukukan pertumbuhan kredit sebesar 14,04% di seluruh segmen di tengah momentum pertumbuhan yang membaik," kata Steffano dalam keterangan tertulis pada akhir bulan lalu (30/4/2024).