Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) atau Bank BJB mencatatkan pertumbuhan kredit yang moncer pada awal tahun ini. Meskipun, sederet tantangan mesti dihadapi industri perbankan pada 2024.
Bank BJB telah menyalurkan kredit Rp130,47 triliun pada kuartal I/2024, tumbuh 12,04% secara tahunan (year-on-year/YoY). Moncernya kredit mendorong aset bank naik 15,14% yoy menjadi Rp202,5 triliun.
Adapun, kemampuan penyaluran kredit bank ditopang dari sisi pendanaan, di mana Bank BJB telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp154,09 triliun pada kuartal I/2024, naik 18,73% yoy. Dana murah atau current account saving account (CASA) bank juga naik 10,71% yoy menjadi Rp63,57 triliun.
Meski begitu, Direktur Operasional Bank BJB Tedi Setiawan mengatakan sejumlah tantangan menghampiri industri perbankan pada tahun ini.
"Sektor perbankan saat ini menghadapi dua hal [tantangan], yaitu suku bunga, memang itu adalah suatu hal yang harus dihadapi. Kemudian, kualitas kredit," katanya dalam acara penganugerahan penghargaan Bisnis Indonesia Awards (BIA) 2024 pada Kamis (13/6/2024).
Dari sisi suku bunga, Bank Indonesia (BI) memang telah memutuskan untuk menaikan suku bunga acuannya atau BI Rate 25 basis poin (bps) dari level 6% ke level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23—24 April 2024. Kenaikan tersebut merupakan yang pertama kali sejak Oktober 2023.
Baca Juga
Adapun, dalam RDG terbaru periode 21—22 Mei 2024, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 6,25%. Naiknya suku bunga acuan dinilai akan menekan biaya dana (cost of fund/CoF) perbankan.
Kemudian, dari sisi kualitas kredit, bank memiliki pekerjaan rumah menjaga kualitas kreditnya seiring dengan diakhirinya kebijakan restrukturisasi kredit Covid-19 pada Maret 2024 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Tekanan kualitas kredit akibat sudah dilepaskannya kebijakan restrukturisasi dari OJK harus kami hadapi," tuturnya.
Untuk itu, Bank BJB menyiapkan berbagai strategi guna menjaga kinerja kreditnya di tengah ragam tantangan tersebut.
"Ekspansi [kredit] kami harus terus lakukan. Tapi tentu dengan mengandalkan bisnis atau sektor yang tumbuh secara sehat," ujar Tedi.
Emiten bank pembangunan daerah (BPD) ini akan selektif memilih sektor-sektor yang sehat serta menunjang profitabilitas. Kemudian, Bank BJB tetap menyasar captive market.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengungkapkan ekspansi kredit bank tetap dilakukan ditopang kemampuan likuiditas yang masih memadai. Bank BJB sebagai BPD pun memiliki sejumlah cara agar likuiditas tetap terjaga.
"BPD sebagai pengelola dana pemerintah daerah memiliki nilai tambah karena APBD dikelola oleh bank baerahnya masing-masing," katanya.
Di sisi lain, Bank BJB pun sudah memiliki anchor customer yang kuat di luar pemerintah daerah. Bank BJB misalnya komposisi dana pemerintah daerah saat ini berkisar 30% dari total DPK.
"Sisanya ditopang oleh nasabah institusi dan juga ritel," tutur Yuddy.