Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengungkap bahwa terkontraksinya laba perusahaan asuransi umum pada kuartal I/2024 turun mempengaruhi rasio return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) industri secara keseluruhan pada kuartal I/2024.
Adapun menurut AAUI laba perusahaan turun sebanyak 2,3% sepanjang kuartal I/2024. Sementara itu, rasio ROA perusahaan asuransi umum menjadi 0,97% pada kuartal I/2024, yang mana turun dibandingkan 1,17% pada kuartal I/2023. Dari sisi rasio ROE mencapai 2,54% yang mana turun dari 3,15% pada kuartal I/2023.
Padahal nilai ekuitas perusahaan asuransi umum naik 21,3% yoy menjadi Rp90,2 triliun dari sebelumnya Rp74,3 triliun. Sementara total asetnya naik 17,4% menjadi Rp234,6 triliun dari sebelumnya Rp199,9 triliun pada kuartal I/2023.
“Kalau lihat data tersebut [pada kuartal I/2024], pertumbuhan laba setelah pajak di asuransi umum itu sedikit terkontraksi, sehingga mempengaruhi ROE dan ROA di asuransi umum. Laba adalah hasil akhir,” kata Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwyanto kepada Bisnis, Senin (24/6/2024).
Tidak hanya disitu, Bern menyebut turunnya laba juga mempengaruhi rasio u/w result yang ikut turun. Menurutnya u/w result menunjukan hasil operasi secara teknis dan belum masuk unsur income lainnya seperti investasi dan lain-lain.
“Sehingga kalau u/w turun hampir pasti laba turun,” kata Bern.
Baca Juga
Secara keseluruhan, kinerja asuransi umum dari sisi premi menunjukan peningkatan 26,1% menjadi Rp32,71 triliun dari sebelumnya Rp25,94 triliun pada kuartal I/2023. Peningkatan tersebut juga lebih banyak apabila dibandingkan dengan kenaikan pada periode yang sama tahun lalu, di mana premi asuransi umum mengalami peningkatan sebanyak 16,4%.
Peningkatan tersebut salah satunya didukung oleh pertumbuhan premi kendaraan bermotor. Padahal diketahui pasar otomotif masih melesu pada awal tahun 2024 yang mana ditunjukkan dengan turunnya penjualan mobil dan motor baru pada bulan Januari—April 2024.
Anggota Departemen Statistik AAUI Sri Purwaningsih mengungkap penurunan premi pada lini bisnis kendaraan di tengah menurunya penjualan kendaraan masih belum terlihat lantaran dari sisi pencatatan premi industri asuransi umum dicatat setelah realisasi pembayaran.
“Selain itu, pertumbuhan asuransi kendaraan itu juga didapat dari used car [mobil bekas], jadi mungkin belum terlihat pada kuartal ini,” kata Sri dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Kamis (20/6/2024).
Sri mengatakan bahwa masih ada kemungkinan bahwa premi lini bisnis kendaraan melandai seiring dengan penurunan penjualan kendaran yang dipicu naiknya inflasi akibat dolar Amerika Serikat (AS).
Adapun menurut data AAUI pada kuartal I/2024, premi dari lini bisnis kendaraan mencapai sebanyak Rp5,9 triliun yang mana mengalami kenaikan sebanyak 13,8% yoy dibandingkan Rp5,2 triliun. Dengan capaian tersebut, premi kendaraan menjadi lini bisnis terbanyak kedua.
Adapun pada urutan pertama ada properti dengan premi dicatat sebanyak Rp9,5 triliun yang mana meningkat 51% dibandingkan pada kuartal I/2023 yang mencapai Rp6,3 triliun. Ketiga ada asuransi kredit yang preminya pada kuartal I/2024 mencapai Rp4,9 triliun yang mana naik 19,3% yoy dari sebelumnya Rp4,14 triliun.
Dari sisi klaim, industri asuransi umum membayarkan klaim sebanyak Rp11,5 triliun pada kuartal I/2024 yang mana naik 16,9% dibandingkan Rp9,8 triliun pada kuartal I/2023.