Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minim Akses Digital, Sebagian Besar Warteg Belum Terapkan QRIS

Simak penyebab atau kendala masih banyak warteg yang belum menerapkan sistem pembayaran digital QRIS.
Tim Jelajah Sinyal 2023 melakukan pembayaran menggunakan fasilitas QRIS di salah satu kedai makan di Kefamenanu, Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (27/11/2023)/JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha.
Tim Jelajah Sinyal 2023 melakukan pembayaran menggunakan fasilitas QRIS di salah satu kedai makan di Kefamenanu, Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (27/11/2023)/JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha.

Bisnis.com, JAKARTA - Akseptasi sistem pembayaran Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) memang terus meningkat. Namun, skema pembayaran menggunakan QRIS masih minim di gerai-gerai warung Tegal atau warteg.

Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni memaparkan kendala yang dihadapi pemilik warteg terkait sistem pembayaran QRIS dan alasan banyak warung yang masih menerima pembayaran menggunakan uang tunai.

"Kurang dari 5% [warteg yang pakai QRIS] karena beberapa alasan. Salah satunya tidak semua warteg memiliki akses ke teknologi seperti smartphone atau perangkat untuk memindai QR code," ujarnya, Rabu (3/7/2024).

Selain itu, dia mengatakan tidak semua pelanggan warteg juga memiliki gawai yang mendukung aplikasi pembayaran digital. Apalagi, QRIS membutuhkan koneksi internet untuk melakukan transaksi.

Di beberapa daerah, lanjutnya, akses internet mungkin masih terbatas atau tidak stabil, sehingga dapat menghambat proses pembayaran.

"Pemilik warteg dan pelanggan perlu memahami cara menggunakan QRIS. Ini termasuk cara mengunduh aplikasi yang mendukung QRIS, membuat akun, dan melakukan pembayaran. Sosialisasi mengenai penggunaan QRIS menjadi penting," imbuhnya. 

Meskipun biaya transaksi QRIS relatif kecil, kata Mukroni, pemilik warteg biasanya mengambil margin keuntungan yang sangat tipis. Oleh karena itu, biaya tambahan sekecil apapun pasti menjadi beban bagi mereka.

Selain itu, ada kekhawatiran tentang keamanan digital dan penipuan mungkin membuat beberapa pemilik warteg dan pelanggan ragu untuk menggunakan QRIS.

"Banyak pelanggan warteg yang lebih terbiasa dengan transaksi tunai dan mungkin ragu untuk beralih ke metode pembayaran digital.

Sedangkan manfaatnya, efisiensi dalam transaksi, pencatatan keuangan yang lebih baik, dan potensi untuk menarik pelanggan yang lebih muda yang lebih nyaman dengan pembayaran digital," katanya.

Lantaran masih minimnya warteg-warteg terutama anggota Kowantara menggunakan QRIS, Mukroni berharap adanya kampanye edukasi yang intensif tentang manfaat dan cara penggunaan QRIS.

Selain itu, penyedia layanan juga memberikan insentif seperti subsidi atau diskon biaya transaksi bagi warteg atau warung tradisional yang mengadopsi QRIS.

“Mereka bisa menawarkan program cashback atau diskon khusus bagi pelanggan yang melakukan pembayaran menggunakan QRIS di warteg. Perlu dibarengi juga memperluas akses internet di daerah-daerah yang masih belum terjangkau dengan baik. Memfasilitasi penyediaan perangkat pemindai QR code yang terjangkau bagi warteg," tambah Mukroni.

Kowantara juga mendorong bank dan fintech untuk menawarkan paket layanan yang menarik bagi warteg, termasuk perangkat gratis atau biaya transaksi yang lebih rendah. Termasuk mengadakan program kolaboratif dengan bank untuk mendukung digitalisasi UMKM termasuk warteg.

Pemerintah sebaiknya mengeluarkan kebijakan yang mendukung penggunaan QRIS, misalnya dengan memberikan insentif pajak bagi warteg yang mengadopsi QRIS, serta regulasi yang mempermudah warteg dalam mengakses layanan keuangan digital.

Direktur Utama perusahaan merchant aggretator PT Trans Digital Cemerlang (TDC) Indra mengatakan sosialisasi mengenai transaksi digital apapun jenisnya termasuk penggunaan QRIS harus menjadi prioritas semua pihak.

“Beberapa waktu lalu Bank Indonesia mengatakan sosialisasi dan edukasi tentang QRIS menjadi tanggung jawab bersama, baik dari sisi literasi sampai pencegahan penyalagunaan. Saya melihat  semua stakeholder termasuk merchant sedang berjalan ke arah sana, sangat positif,” ujarnya.

Indra menjelaskan pengunaan QRIS bagi usaha seperti warteg merupakan keniscayaan di era digital. Derasnya digitalisasi dan kemudahan akses diyakini akan semakin baik ke depan. Komitmen pemerintah terhadap jaringan internet menurutnya saat ini sudah cukup baik dan menyentuh ke daerah.

Terkait pihak yang bersedia melakukan pendampingan dan pelatihan soal keuangan kepada pelaku UMKM, Indra menyakini banyak perusahaan sistem keuangan digital bersedia melakukannya.

Menurutnya, penting buat Warteg mengetahui jati diri perusahaan penyedia system transaksi digital atau perusahaan yang akan memberikan pendampingan keuangan agar tidak terkena penipuan. 

“Edukasi pengunaan QRIS menjadi salah satu prioritas kami. Saat ini sudah berjalan pelatihan kepada UMKM di Pematang Siantar dan Kabupaten Samosir. Edukasi ini juga bisa diterapkan ke pemilik warteg, ini soal momentum saja,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper