Bisnis.com, JAKARTA -- Tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang saat ini berada di level 6,25% sejak April 2024, naik 25 basis poin (bps) dari sebelumnya 6% sejak Oktober 2023, memengaruhi kondisi likuiditas perbankan.
Dalam situasi ini, bank-bank besar seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) telah menyiapkan berbagai strategi untuk mengelola likuiditasnya selama suku bunga tetap tinggi.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, menyatakan bahwa meskipun kondisi likuiditas bank cenderung menurun, situasi ini masih dalam batas yang baik. "Kondisi likuiditas bank sekarang mengetat tapi masih baik," ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (10/7/2024).
Sebelumnya, dia pun menyebut naiknya suku bunga acuan memang akan memengaruhi likuiditas perbankan, termasuk pola bank dalam meraup pendanaan. Adapun, strategi yang akan diambil bank adalah dengan meningkatkan layanan serta memberikan stimulus untuk menarik nasabah dalam meraup dana murah (current account savings accout/CASA) di bank.
Kondisi likuiditas sendiri dapat tercermin dari rasio loan to deposit ratio (LDR). Makin tinggi LDR bank, maka semakin ketat likuditasnya. Sebaliknya, makin kecil LDR, maka semakin longgar likuiditas bank.
Peningkatan LDR juga bisa mengindikasikan bahwa bank menjadi lebih bergantung pada dana pihak ketiga untuk mendukung operasinya, yang dapat menunjukkan situasi likuiditas yang lebih ketat.
Baca Juga
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, kondisi likuiditas bank umum per April 2024 mencapai 84,49%, naik 365 basis poin (bps) dari tahun lalu yang mencapai 80,84%.
Bila dirinci, per April 2024 LDR KBMI I berada di level 78,98%; KBMI II di level 82,83%; KBMI III di level 89,47%; dan KBMI IV di level 83,71%.
Kondisi BNI
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan bahwa likuiditas penting bagi perbankan untuk menyalurkan kredit. Adapun, dana pihak ketiga tumbuh 4,9% per Maret 2024 menjadi Rp780 triliun yang didominasi CASA sebesar 69,7% dari total DPK.
Menurutnya, pertumbuhan DPK masih sehat untuk menopang penyaluran kredit sebesar 9,6% per Maret 2024. Tercatat, LDR BNI berada di level 89% per Maret 2024 yang tergolong masih memadai
“Di tengah kondisi likuiditas yang cukup ketat, BNI terus berkomitmen untuk DPK khusus dana berbasis transaksi dapat dijaga tumbuh sesuai dengan market,” paparnya di Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR, Senin (8/7/2024).
Sebelumnya, pekan lalu BNI telah merilis aplikasi super yakni wondr. Di mana, Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini mengatakan peluncuran ini memang memiliki tujuan untuk memperbaiki struktur pendanaan BNI.
"Kita memang menyasar ke nasabah ritel, kalau nasabah ritel naik [maka] target avegerage balance naik dan cost of funds lebih terkontrol,” ujarnya kepada awak media, Jumat (5/7/2024).
Lewat wondr, pihaknya pun terus menggenjot porsi CASA di atas 70%. "Tapi, yang paling penting adalah CASA yang sifatnya transaksi ya," ucapnya.
Capaian BTN
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu pun mengamini pernyataan Dirut BNI terkait ketatnya likuiditas. Perseroan juga melaporkan akan merevisi target kreditnya sebagai respons suku bunga yang tinggi.
Untuk diketahui, BTN memang membukukan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 14,8% menjadi Rp344,2 triliun pada kuartal I/2024.
Sayangnya, laju simpanan nasabah di bank atau dana pihak ketiga (DPK) BTN dinilai tidak bisa mengimbangi kredit, di mana hanya tumbuh 11,9%. Alhasil, saat ini Dirut menyampaikan bahwa BTN memilih menahan ekspansi kredit dan tidak menetapkan target penyaluran kredit yang setara atau lebih tinggi dari pencapaian kuartal I/2024. Di mana, pihaknya menurunkan pertumbuhan target kredit ke level 10-11% hingga akhir tahun.
“Likuditas ada tersedia tapi mahal. Sebagian bilang ketat, tapi kami menyampaikan mahal. Jadi, kita turunkan kredit karena likuiditas yang cukup mahal. Jadi, jangan sampai kita salurkan kredit lama-lama rugi, kita salurkan lebih mahal daripada kalau kita beli di market harga dananya,” ujarnya
Menurut Nixon, suku bunga tinggi membuat bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya, karena biaya dana atau cost of fund (CoF) yang masih mahal dan belum adanya kepastian terkait penurunan suku bunga acuan.
Sebagaimana diketahui, LDR BTN per Maret 2024 mencapai 96,23% dari periode yang sama tahun lalu 93,79%.
Kondisi CIMB Niaga dan Bank Oke
Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menyampaikan bahwa likuiditas terjaga baik dengan LDR di sekitar 86% dan porsi CASA sekitar 65% dari total DPK.