Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja saham bank digital kompak menghijau dalam sepekan. Lantas, apa penyebabnya?
Berdasarkan RTI Business, harga saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) naik 1,75% ke level Rp2.320 pada penutupan perdagangan Jumat, (12/7/2024). Dalam sepekan, harga saham ARTO naik 4,04%. Namun, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) harga saham ARTO harus anjlok 20%.
Kemudian, harga saham PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) pun turut mencatatkan kenaikan tertinggi di kalangan bank digital lain sebesar 2,36% ke level Rp260. Harga saham BBYB pun menguat 3,17% dalam sepekan. Sayangnya, harga saham BBYB mengalami penurunan 40,37% ytd.
Nasib serupa juga terjadi pada harga saham PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) yang naik 1,67% ke level Rp244. Harga saham AGRO pun naik 4,27% dalam sepekan. Lalu, sepanjang tahun berjalan harga saham AGRO turun 21,29%.
Sementara itu, harga saham PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) mencatatkan kinerja saham yang menghijau 0,62% ke level Rp805. Selama sepekan harga saham BBHI menguat 3,21%. Namun, harga saham BBHI turun 37,6% ytd.
Senior Investment Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan potensi The Fed yang akan melonggarkan kebijakan moneternya tahun ini memberikan sentimen positif bagi market, termasuk bank digital.
“[Ketika] The Fed benar-benar mulai melonggarkan moneter, nanti Bank Indonesia [BI] juga akan menerakan kebijakan serupa sesuai dengan prinsip preemptive dan forward looking, sekaligus pro growth dan pro stability. Ini akan memberikan likuiditas ke market,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (14/7/2024).
Meski demikian, dia menyebut sejauh ini kinerja bank digital memang dipengaruhi oleh sentimen. Berbeda degan bank KBMI IV yang secara primary tren tergolong bullish. Lebih lanjut, likuiditas bank digital, kata Nafan, tidak sebesar KBMI IV.
“Kalau bank digital mampu menumbuhkan kinerja perbankan dobel digit seperti KVMI IV itu sebenarnya akan lebih bagus. Bahkan, bank KBMI IV saja sudah digitalisasi,” ujarnya.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga mengatakan valuasi saham bank-bank digital kurang menarik bagi investor. Bank digital juga kalah persaingan dengan emiten bank lain terutama big caps yang memiliki fundamental serta valuasi jauh lebih menarik.
"Investor lebih milih investasi ke saham perbankan besar dibandingkan bank digital," ujarnya.
Terkait prospek, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai prospek saham bank digital secara jangka menengah hingga panjang masih terlihat positif.
“Cuma memang kalau kita perhatikan, dari sisi ekosistem bank digital saat ini memang belum semasif seperti dulu waktu bank digital pertama kali diperkenalkan,” ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Menurutnya, meski saat ini terdapat banyak bank digital, akan tetapi ekosistem yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan inovasi dalam hal teknologi, layanan, dan integrasi belum sepenuhnya terlihat.
Kata Nico, ekosistem bank digital harus mampu berkolaborasi dengan ekosistem digital lainnya sehingga memberikan multiplier effect kepada penggunanya. Namun, jika menilik kinerja bank digital yang ada kuartal I/2024, sejauh ini memang sudah sangat baik.
Dia menuturkan kepercayaan masyarakat terhadap bank digital pun sudah mulai pulih, hal ini yang mendorong penetrasi bank digital terus tumbuh dan berkembang.
“Apalagi dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan. Namun semua kembali lagi, tanpa eksosistem yang kuat, rasanya akan sia sia,” imbuhnya.